gravatar

Jenis-Jenis Mahasiswa

Ternyata manusia itu beragam dan bermacam-macam jenisnya, begitu pula mahasiswa, menurut pemikiran saya yg gak bisa mikir ini, ada beberapa mahasiswa yang bertipe sama dan saya kelompokkan seperti ini:

1. Mahasiswa Pemimpin
Tipe mahasiswa seperti ini selalu kelihatan mencolok dan aktif dibandingkan dengan mahasiswa-mahasiswa lainnya. Hidupnya di perkuliahan sangat variatif kegiatan, dan ia tidak hanya belajar dari kuliah namun juga belajar dari lingkungan. Biasanya ni mahasiswa gak pengen cepet-cepet tamat, karena ia sedang mencari pengalaman yang sebesar-besarnya untuk menjadi pemimpin dimasa depan. Cita-cita biasanya ingin menjadi pemimpin Perusahaan atau bahkan Presiden…


2. Mahasiswa Pemikir
Tipe mahasiswa ini selalu mikir melulu, gak pernah ada implementasinya, yang akhirnya ia belajar terus tanpa menghiraukan sekitarnya agar bisa mendapatkan jawaban atas apa yang dipikirkannya. Biasanya ni mahasiswa kalo udah lulus ntar jadi ilmuan mungkin…

3. Mahasiswa Santai
Tipe mahasiswa ini gak banyak mikir, selalu menjalani kehidupan apa adanya, ya… istilahnya ngikut aja gitu… Yang penting enjoy. Biasanya ni mahasiswa aktif di bidang seni dan olahraga, seperti band dan basket. Dia nggak terlalu memikirkan kuliah. Karena yang penting dalam hidunya santai. Biasanya ni mahasiswa lama sekali lulusnya, karena nilainya juga santai…

4. Mahasiswa Mencari Cinta
Tipe mahasiswa ini tidak terlalu memikirkan kuliah, tetapi yang dipikirkannya adalah CINTA, yang penting baginya ia mendapatkan pacar yang setia. Biasanya mahasiswa ini pengen cepet-cepet tamat biar bisa cepet-cepet kimpoi…

5. Mahasiswa Jomblo
Tipe mahasiswa ini tergadang dianggap menyedihkan, karena katanya gak laku-laku, tapi terkadang mahasiswa jomblo bukan karena gak laku-laku tetapi karna ia memang nggak pengen pacaran demi merah cita-citanya dimasa depan… Vivat Jomblo…

6. Mahasiswa Usil
Tipe mahasiswa ini sangat senang apabila orang menderita, contohnya sebelum dosen masuk kelas, ia akan mengganti kursi dosen dengan kursi yang rusak, biar dosennya patah tulang, atau sebelum dosen masuk ia menulis kertas dipintu kelas bahwa kelas hari ini dibatalkan.

7. Mahasiswa Nggak jelas
Nah ini tipe mahasiswa yang nggak bisa di katagorikan, karena terkadang ia seperti pemimpin, terus terkadang ia hilang ntah kemana, eh tau-taunya malah ketemu di mal sama pacarnya, terus kalo malam nongkrong-nongkrong , kalo ujian belajarnya ngalahin ilmuan.

8. Mahasiswa Anak Mami
Tipe mahasiswa ini selalu pulang tiap minggu, takut kalau-kalau maminya hilang, ia kuliah demi menyenangkan hati maminya. Kebanyakan nih tipe gak senang dengan kuliahnya, karena jurusan perkuliahannya pilihan dari mami, bukan dari kehendak hatinya. Kebanyakan ni tipe kuliahnya putus tengah jalan, tapi semoga tidak…

9. Mahasiswa mirip mahasiswi
Sudah jelas sekali ni mahasiswa memiliki dua kepribadian, yang pertama wanita yang kedua pria. Orang-orang biasa menyebutnya banci…

10. Mahasiswa berorientasi Akhirat
Nah ini mahasiswa katagori terbaik menurut saya, karena apa yang dilakukannya sudah jelas tujuannya, hidupnya lebih terarah dan sikapnya selalu terjaga. Biasanya suka membantu orang lain namun nggak berharap banyak dari orang lain tersebut. Biasanya ni tipe mahasiswa berakhir bahagia dan Sukses.

11. Mahasiswa Gadungan
Kalo tipe ini sebenarnya bukan mahasiswa, tetapi karena ingin kelihatan seperti mahasiswa maka ia sering nongkrong-nongkrong dikampus orang. Biasanya ia punya tujuan tertentu, seperti mencari seorang wanita idaman atau mau masang bom di kampus orang… Hati-hati!!!

12. Mahasiswa Monitor
Mahasiswa ini selalu berhadapan dengan komputer, sampai-sampai mukanya sudah berevolusi seperti monitor, matanya sudah sebesar mouse dan rambutnya sudah tak terurus seperti kabel USB atau RJ-45. Biasanya ni mahasiswa hobi chating dan mendapatkan kebutuhannya dari internet. Tapi ni mahasiswa bagus juga, karena ia nggak bakal ketinggalan zaman deh….

13. Mahasiswa Abadi
Mahasiswa Yang Diatas 10 semester belum lulus2


gravatar

Tiga kapal perang RI akan segera bergabung dengan TNI AL [Image: DSCF0028.jpg?t=1225100689]

000---




SURABAYA - KRI Iskandar Muda/ 367, kapal perang jenis korvet kelas Sigma milik TNI AL yang dibuat di Belanda kini sudah berada di perairan Spanyol dalam perjalanan menuju Indonesia.

"Kapal itu diperkirakan tiba di Surabaya, 3 Desember 2008 sehingga bisa ditampilkan pada Hari Armada pada 5 Desember," kata KSAL Laksamana TNI Tedjo Edhi Purdijatno kepada wartawan di Surabaya, Senin (27/10).

Ditemui seusai melantik perwira lulusan Pendidikan Pembentukan Perwira di Komando Pengembangan dan Pendidikan TNI AL (Kobangdikal), ia mengemukakan bahwa kapal tersebut merupakan kapal ketiga pesanan TNI AL di galangan kapal Royal Schelde Naval Shipbuilding di Vlissingen, Belanda.

Menurut laksamana berbintang empat yang baru pulang dari Belanda itu, TNI AL memesan empat unit kapal tersebut, dan kapal keempat yang diberi nama KRI Frans Kaesiepo/ 368 diperkirakan akan tiba di Indonesia, April 2009.

Sementara dua kapal yang sudah memperkuat TNI AL adalah, KRI Diponegoro (tiba tahun 2007) dan KRI Hasanuddin (2008) kini bertugas di Komando Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim) Surabaya. (Ant/OL-01)





Dua kapal patroli cepat PC-40 siap diluncurkan. Kapal buatan Fasilitas Pemeliharaan dan Perbaikan (Fasharkan) TNI Angkatan Laut Mentigi ini diberi nama KRI Tarihu-829 dan KRI Krait-827.

Dua kapal yang diberi nama KRI Tarihu-829 dan KRI Krait-827, Senin (27/10) ini ditinjau oleh Kepala Dinas Materiel Angkatan Laut (Kadismatal) Laksamana Pertama TNI Masyhuri Ishak, S.IP dan Kepala Dinas Kelaikan Materiel Angkatan Laut (Kadislaikmatal) Laksamana Pertama TNI Drs. Didik Suhari, di Galangan Kapal Fasharkan Mentigi, Tanjung Uban.

This image has been resized. Click this bar to view the full image. The original image is sized 1100x825 and weights 124KB.
Menurut Kepala Dinas Penerangan Angkatan Laut (Kadispenal) Laksamana Pertama TNI Iskandar Sitompul, S.E., KRI Tarihu-829 terbuat dari bahan glass fiber reinforced plastic (GFRP), sedangkan KRI Krait-824 terbuat dari material alumunium hasil kerjasama Fasharkan Mentigi dengan PT BES.

Selain melaksanakan peninjauan fasilitas Fasharkan, Kadismatal dan Kadislaikmatal juga berkesempatan melaksanakan uji coba kapal/sea trial KRI Tarihu-829 di sekitar perairan Selat Singapura serta menguji seluruh peralatan kapal yang ada seperti peralatan komunikasi, radar, kompas, Global Positioning (GPS) dan lain-lain.

KRI Tarihu-829 memiliki panjang 40 m, lebar 7,3 m, dilengkapi dengan persenjataan mesin sedang kaliber 20 mm dan 12,7 mm. Dalam uji coba kapal ini mampu menempuh kecepatan 25 knot. Sedangkan KRI Krait-829 pembangunannya sudah mencapai 95%.

gravatar

Dewi Sartika, "Istri-Istri, Bersekolahlah!"

DI SEBUAH ruangan kecil, di belakang rumah ibunya di Bandung, Dewi Sartika mengajar di hadapan anggota keluarganya yang perempuan. Saat itu tahun 1902, ketika wanita pribumi masih jauh dari mandiri karena kungkungan adat. Dan pendidikan bagi dia adalah jalan keluarnya. Inilah alasan kenapa Dewi Sartika mencetuskan gagasan mendirikan sekolah wanita pribumi yang pertama di Indonesia. Dia mengajarkan cara merenda, memasak, jahit-menjahit, membaca, menulis, dan sebagainya. Muridnya membawa makanan, beras, garam, buah-buahan, dan sebagainya untuk Dewi Sartika dan ibunya.

Kegiatan ini perlahan tecium Inspektur Pengajaran Hindia Belanda di Bandung, C. Den Hammer. Den Hammer menilainya kegiatan liar yang membahayakan dan patut dicurigai. Tapi, setelah melihat secara dekat, Den Hammer menilai positif, bahkan terkesan dengan pemikiran dan obsesi Dewi Sartika yang ingin mendirikan sekolah wanita pribumi.

Dukungan Den Hammer ternyata tak cukup. Masih saja ada yang menghalangi usahanya. Alasannya bertentang dengan adat istiadat. Inilah yang lebih menyedihkan Dewi Sartika. Dalam salah satu artikelnya dia menyayangkan, "… masih banyak di antara orang-orang setanah air saya yang rupanya selalu berusaha untuk lebih dahulu menentang segala yang baru".

Den Hammer ikut prihatin. Dia lalu mengusulkan agar Dewi Sartika meminta bantuan dari Bupati Bandung R.A. Martanegara.

Dewi Sartika ragu. Dia belum bisa melupakan pengalaman pahit yang menimpa keluarganya sembilan tahun silam. Ketika itu ayahnya, Raden Rangga Somanegara, harus menjalani hukuman buang ke Ternate hingga meninggal dunia di sana. Pemerintah Hindia Belanda membuangnya karena ayahnya menentang pelantikan R.A. Martanegara sebagai Bupati Bandung. Dewi Sartika sudah membayangkan bahwa dia akan kena marah ibunya dan mungkin akan dimusuhi oleh saudara-saudaranya Tapi setelah berpikir ulang, dia akhirnya menerima usul Den Hammer.

Bupati Bandung R. A. Martanegara terkejut mengetahui Dewi Sartika hendak menghadapnya. Apalagi mendengar gagasan Dewi Sartika yang ingin mendirikan sekolah bagi wanita pribumi. Ada rasa haru, kagum, tapi sang bupati perlu waktu untuk merundingkan ide itu dengan sejumlah sahabat dan kerabat dekatnya. Tak lama kemudian Dewi Sartika dipanggil di pendopo dalem.

"Nya atuh Uwi, ari Uwi panting jeung kekeuh haying mah, mugi-mugi bae dimakbul ku Allah nu ngawasa sekuliah alam, urang nyoba-nyoba nyien sakola sakumaha kahayang Uwi. Pikeun nyegah bisi aya ka teu ngeunah di akhir, sekolah the hade lamun di pendopo wae heula. Lamun katanyaan henteu aya naon-naon, pek bae pindah ka tempat sejen," ujar Martanegara.

Hilang debaran dan rasa was-was itu. Dewi Sartika senang. Ucapan sang bupati menandakan dukungan dan perlindungan atas rencananya mendirikan sekolah untuk wanita pribumi. Maka, pada 16 Januari 1904, Sakola Istri berhasil dibentuk –istri dalam bahasa Sunda berarti juga wanita. Tenaga pengajarnya tiga orang; Dewi Sartika dibantu dua saudara misannya, Ny. Poerwa dan Nyi. Oewid. Untuk sementara tempat belajar meminjam ruangan di Paseban Barat di halaman depan rumah Bupati Bandung. Murid yang diterima untuk kali pertama sebanyak 60 siswi, yang sebagian besar berasal dari masyarakat kebanyakan.

Pada 1905 sekolah tersebut pindah ke jalan Ciguriang-Kebun Cau karena ruangan tak mampu lagi menampung jumlah siswi yang bertambah. Lokasi baru ini dibeli Dewi Sartika dengan uang tabungan pribadinya plus bantuan dana pribadi dari Bupati Bandung.


DI LINGKUNGAN keluarganya, Dewi Sartika yang lahir dari keluarga "Menak" di Bandung lebih akrab dipanggil Uwi. Dia putri dari perkawinan Raden Rangga Somanagara dengan Raden Ayu Rajapermas. Lahir di Bandung pada 4 Desember 1884 ketika ayahnya menjabat Patih Afdeling Mangunreja. Tujuh tahun kemudian ayahnya menjadi Patih Bandung.

Dewi Sartika tinggal bersama orang tua dan saudara-saudaranya di sebuah rumah besar yang terletak di Kepatihan Straat. Rumah besar itu semipermanen berhalaman sangat luas yang terletak di pinggir jalan raya. Di berandanya terdapat pot-pot bunga besar berisi tanaman suflir dan kuping gajah yang tertata rapi. Di halamannya yang cukup luas tumbuhiberbagai tanaman serta bunga, termasuk bunga hanjuang merah yang menjadi ciri khas orang Sunda.

Kebutuhannya hari diurus dan dilayani para abdi dalem yang setia dan patuh. Jauh dari kesusahan dan kesengsaraan. Untuk acara cukup penting, ayahnya acap mengajaknya serta saudara-saudaranya. Misalnya menonton acara pacuan kuda di Tegallega, pagelaran hiburan rakyat, dan sebagainya.

Dewi Sartika bersekolah di Eerste Klasse School. Dia mendapat kesempatan belajar bahasa Belanda dan bahasa Inggris. Gerak-geriknya lincah, sigap, dan berani, agak berbeda dari wanita umumnya. Bicaranya pun lugas dengan tutur kata yang tegas dan terkadang bernada keras. Kendati sehari-hari dia mengenakan kebaya dan kain panjang, boleh dibilang pembawaannya agak tomboy.

Keinginannya mengajar sudah terlihat sejak kecil. Dia suka mengambil peran sebagai guru saat bermain sekolah-sekolahan bersama teman-teman perempuan sebayanya, sepulang dari sekolah dasar di Cicalengka.



KEGIATAN Dewi Sartika sebagai kepala sekolah cukup menyita waktunya. Dia berangkat pagi dan pulang tengah hari. Begitu berlangsung setiap harinya sehingga menimbulkan keibaan bagi ibunya yang tak ingin melihat putrinya bertambah usia dan tak kunjung punya suami. Dewi Sartika pada mulanya pernah dilamar keluarga Pangeran Djajadiningrat dari Banten untuk salah satu putranya. Lamaran itu ditolak dengan alasan belum mengenalnya, meski ibunya berkenan dengan pria itu.

Suatu hari, Dewi Sartika membantu menyediakan hidangan di rumah Bupati. Lalu dia bertemu dengan seorang pria gagah yang menggugah hatinya. Pria tersebut bernama Raden Kanduruan Agah Suriawinata, salah seorang guru di Erste Klasse School di Karang Pamulang. Pertemuan itu berlanjut menjadi hubungan yang lebih akrab.

Pada mulanya sang ibu keberatannya jika Dewi Sartika menikah dengan Raden Agah. Menurutnya, Raden Agah tak setara untuk menjadi suami putrinya, karena Dewi Sartika adalah putri seorang Patih Bandung yang sangat disegani banyak pihak. Dewi Sartika kecewa dan menganggap ibunya kolot dan tak realistis. Tapi, meski ditentang, dia tetap menjalin hubungan dengan Raden Agah. Akhirnya sang ibu pun menyetujui, dan pada 1906, resmilah Raden Kanduruan Agah Suriawinata menjadi suami Dewi Sartika.

Upaya Dewi Sartika terus berlanjut, bahkan mengalami kemajuan. Pada 5 Nopember 1910, persisnya Minggu pukul 19.00 WIB, Perkumpulan Kautamaan Istri dibentuk Residen Periangan W.F.L. Boissevain di kediamannya. Hadir dalam peresmian itu antara lain Inspektur Pengajaran J.C.J. Van Bemmel, Bupati Bandung R.A.A. Martanegara dan dua orang Raden Ayu, Dewi Sartika dan Raden Agah, serta sejumlah pejabat Belanda dan para istrinya. Tujuan Perkumpulan Keutaman Istri untuk mendukung pengembangan dan pembangunan sekolah wanita pribumi yang dipimpin Dewi Sartika. Tugas perkumpulan berusaha menghimpun dana dari para dermawan Belanda maupun pribumi.

Perkumpulan Keutamaan Istri yang dipimpin oleh istri Residen Periangan dalam waktu singkat telah membuahkan hasil. Dana yang terhimpun bisa untuk mendirikan cabang Sakola Kautamaan Istri di daerah Sumedang, Cianjur, Sukabumi, Tasikmalaya, Garut, Purwakarta dan berbagai kota lainnya di Jawa Barat. Untuk meningkatkan kualitas pendidikan, Sakola Kautamaan Istri menyesuaikan kurikulumnya dengan kurikulum Tweede Klasse School. Tapi, bidang studi ketrampilan wanita masih tetap menjadi acuan utama.


Perkembangan itulah yang menarik para pejabat pemerintah untuk berkunjung. Bahkan pemerintah juga memberikan bantuan dana untuk membiayai. Hingga akhirnya pada 1929 sekolah ini memiliki gedung sendiri, dan berganti lagi namanya menjadi Sekolah Raden Dewi.

Pada 25 Juli 1939 Dewi Sartika harus kehilangan suami tercintanya. Raden Agah meninggal dunia. Meski sedih, Dewi Sartika masih punya tanggung jawab; melanjutkan upaya memajukan sekolah wanita. Seperti biasa pula sebelum waktu belajar dimulai, Dewi Sartika akan berdiri didepan ruangan sekolahnya, membunyikan lonceng kuningan yang nyaring sebagi tanda dimulainya waktu belajar.

Dewi Sartika sendiri meninggal pada 11 September 1947 dan dimakamkan dengan suatu upacara pemakaman sederhana di pemakaman Cigagadon-Desa Rahayu, Kecamatan Cineam. Tiga tahun kemudian dimakamkan kembali di kompleks Pemakaman Bupati Bandung di Jalan Karang Anyar Bandung.*


gravatar

Mengenang Tragedi di Laut Aru

Operasi Trikora untuk merebut Irian Barat, yang merenggut nyawa Komodor Yos Sudarso dan banyak anggota TNI-AL di Kepulauan Aru, 15 Januari 1962, sempat menjadi lembaran kelam sejarah angkatan bersenjata kita. Kini saatnya untuk melihat dengan lebih jernih bahwa pihak TNI-AU, yang dituding sebagai penyebab tragedi karena ketidaksiapannya ikut operasi gabungan itu, tak sepenuhnya patut disalahkan.

Peristiwa di Kepulauan Aru, 15 Januari 1962, sebenarnya telah lama terkubur dalam kotak kenangan "Sejarah AURI/TNI-AU". Di masa Orde Baru sempat mengemuka kembali karena komentar mantan Ketua DPA Laksamana TNI (Purn.) Sudomo bahwa AURI ternyata tidak siap menghadapi Operasi Trikora. Pernyataan itu menyengat para sesepuh TNI-AU yang sebelumnya - sejak pendiri dan Bapak AURI Laksamana Suryadarma, KSAU sejak 1946, dipaksa mengundurkan diri dari jabatannya pada 19 Januari 1962 sebagai bukti "kesalahannya" dalam tragedi Aru - lebih banyak diam.

Generasi muda TNI-AU pun bertanya-tanya, apakah sedemikian "berdosa" korps dirgantara yang mereka masuki? Tidakkah semua terjadi karena kekacauan politik pada masa itu? Apakah tidak ada "kesengajaan" mendiamkan sebuah peristiwa tertutup kabut tebal sehingga pihak yang mestinya bertanggung jawab bisa bersembunyi dari kesalahan?

Kisah ini dihadirkan kembali bukan untuk menciptakan permusuhan baru, masalah baru, melainkan untuk memberi gambaran yang lebih jelas agar wawasan para prajurit menjadi lebih luas.

Bukan operasi gabungan

Peristiwa Aru bermula dari suatu operasi rahasia untuk menyusupkan sukarelawan suku Irian yang telah dilatih oleh TNI-AD ke Irian Barat. Komando Trikora memang sudah terbentuk, namun misi tersebut dilaksanakan bukan dalam konteks operasi gabungan. Komando berdiri sendiri sebagai task force dengan misi tertentu.

Hampir semua kekuatan yang akan dilibatkan dalam Operasi Trikora belum siap. Bahkan semua kekuatan udara masih stand by di Jawa. Namun ternyata Angkatan Darat telah mendahului dengan melakukan penyusupan sukarelawan. Untuk melaksanakan misi itu, AD minta bantuan ALRI untuk mengangkut pasukan dari Jakarta menuju pantai Irian. Sedangkan AURI hanya diminta mengerahkan dua pesawat Hercules untuk mengangkut pasukan dari Jakarta menuju target yang nantinya ditentukan oleh ALRI.

Karena misi itu sangat rahasia, di Mabes AURI hanya beberapa petinggi yang mengetahui. Walaupun nyatanya tidak rumit, hanya mengangkut pasukan ke sebuah pangkalan di dalam negeri dengan terbang rendah. Batas tugas AURI hanya memindahkan pasukan dengan Hercules, selebihnya tidak menjadi tanggung jawab Mabes AURI.

Pada 12 Januari 1962, pasukan berhasil didaratkan di Letfuan. Kedua Hercules kembali ke pangkalan, dan AURI pun menjalankan tugas rutinnya. Namun tanggal 18 Januari muncul situasi yang kurang mengenakkan, saat ada pimpinan angkatan lain melapor ke Bung Karno bahwa tiadanya perlindungan dari AURI telah menyebabkan sebuah operasi gagal. Sampai saat itu pihak AURI belum mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Apa yang dimaksudkan operasi, dan apanya yang gagal?

Ternyata pada 15 Januari telah terjadi kontak senjata antara armada ALRI dengan AL Belanda di Laut Aru yang menyebabkan gugurnya Komodor Yos Sudarso dan prajurit-prajurit ALRI lainnya. Kalau dikatakan AURI tidak melindungi kapal beserta para prajurit ALRI, bukankah tugas AURI hanya mengangkut pasukan dengan dua Hercules dalam operasi penyusupan ke Irian?

Tidak ada kesalahan dalam peristiwa itu, namun AURI disalahkan. Padahal mereka yang tahu rumitnya mengkoordinasikan operasi udara, apalagi dengan pengeboman untuk melindungi kapal perang, pasti akan berpikir seratus kali lipat untuk menudingkan kesalahan seperti itu. Tapi begitulah. Orang yang tidak tahu, dan tidak mau tahu, telah menudingkan kesalahan - dan pemegang kekuasaan tertinggi pun membenarkan.

Yos Sudarso kobarkan semangat tempur

Hari H untuk pelaksanaan operasi penyusupan adalah Senin, 15 Januari 1962. Pada H minus tiga (-3), semua kapal ALRI telah merapat di rendezvous point di sebuah pulau di Kepulauan Aru. Pasukan yang sudah diturunkan dari Hercules AURI juga sudah diangkut kapal dari Letfuan menuju pulau tersebut. Pada hari pertama di titik itu, pesawat-pesawat Belanda sudah datang mengintai. Hal yang sama terjadi pada H -2 dan H -1.

Hari H pukul 17.00 waktu setempat, tiga kapal mulai bergerak. KRI Harimau berada di depan, membawa antara lain Kol. Sudomo, Kol. Mursyid, dan Kapten Tondomulyo. Di belakangnya adalah KRI Macan Tutul yang dinaiki Komodor Yos Sudarso. Sedangkan di belakang adalah KRI Macan Kumbang.

Menjelang pukul 21.00, Kol. Mursyid melihat radar blips pada lintasan depan yang akan dilewati iringan tiga kapal itu. Dua di sebelah kanan dan satu di kiri. Blips tersebut tidak bergerak, menandakan kapal-kapal sedang berhenti. Ketiga KRI kemudian melaju. Tiba-tiba terdengar dengung pesawat mendekat, lalu menjatuhkan flare yang tergantung pada parasut. Keadaan tiba-tiba menjadi terang-benderang, dalam waktu cukup lama. Tiga kapal Belanda yang berukuran lebih besar ternyata sudah menunggu kedatangan ketiga KRI.

Kapal Belanda melepaskan tembakan peringatan yang jatuh di samping KRI Harimau. Kol. Sudomo memerintahkan untuk balas menembak namun tidak mengenai sasaran. Komodor Yos Sudarso memerintahkan ketiga KRI untuk kembali. Ketiga kapal pun serentak membelok 180o. Naas, KRI Macan Tutul macet dan terus membelok ke kanan. Kapal-kapal Belanda mengira manuver berputar itu untuk menyerang mereka. Sehingga mereka langsung menembaki kapal itu. Tembakan pertama meleset, namun tembakan kedua tepat mengenai KRI Macan Tutul. Menjelang tembakan telak menghantam kapal, Komodor Yos Sudarso meneriakkan perintah, "Kobarkan semangat pertempuran!"

AURI berada dalam kondisi ditekan karena misi yang gagal itu. Orang mengira, kekuatan AURI mampu melayang-layang selamanya di udara dan mengawasi setiap jengkal wilayah RI. Negara superpower seperti AS pun tidak akan bisa melakukannya di era itu, apalagi kita. Bagaimana pesawat terbang melaksanakan misi bantuan serangan udara tanpa ada koordinasi sebelumnya? Bahkan operasi itu sendiri tidak pernah dibicarakan dengan pimpinan AURI. Namun saat gagal, kesalahan ditimpakan ke pihak AURI. Untuk mengakhiri polemik, KSAU Suryadarma mengundurkan diri pada 19 Januari 1962. AURI pun berduka cita.

Gagal namun dinilai heroik

Hari Sabtu, 20 Januari 1962, diadakan rapat di Istana Bogor yang dipimpin oleh Bung Karno, untuk mengangkat Laksamana Muda Omar Dhani sebagai KSAU yang baru. Setelah itu langsung diadakan brifing mengenai peristiwa Aru. Kolonel Mursyid sebagai komandan tim juga sudah kembali untuk memberikan paparan. Begitu paparan selesai, suasana di ruang rapat yang terletak di sayap kiri Istana Bogor itu jadi mencekam, serius, sepi, dan semua diam. Seakan-akan menikmati rasa kemenangan dan kepahlawanan. Yos Sudarso gugur, operasi gagal, namun dinilai heroik.

Keheningan kemudian dipecahkan oleh Presiden Soekarno. "Siapa yang mau tanya atau minta penjelasan?"

Ternyata, Omar Dhani satu-satunya yang bertanya, "Tadi dikatakan oleh Kolonel Mursyid bahwa hari H -3, H -2, H -1, bahkan pada hari H-nya sendiri sudah ada pesawat Belanda melakukan pengintaian di tempat rendezvous. Artinya, Belanda sudah tahu iring-iringan kapal kita. Sebagai seorang komandan, entah komandan regu, komandan batalyon, bahkan panglima angkatan sekalipun yang diberi tugas dengan target tertentu, dengan data dan info pada saat itu, kalau dalam melaksanakan tugasnya itu kemudian menemui situasi dan kondisi yang berbeda, apalagi bertentangan dengan data dan info yang ia dapatkan sebelumnya, mereka punya hak untuk mengubah taktik guna mencapai sasaran semula. Apakah pada misi tanggal 15 Januari itu dilakukan perubahan taktik? Yaitu, setelah jelas-jelas ada pengintaian pesawat Belanda yang terus-menerus?"

Kolonel Mursyid menjawab, "Tidak ada perubahan karena ...." Lalu hadirin diberondong dengan retorika yang menggebu-gebu tentang tugas negara, tuntutan dan kepentingan rakyat, kolonialisme dan imperialisme, bangsa dan tanah air, patriotisme, serta hal-hal lain, panjang lebar.

Bung Karno kemudian bertanya, "Bagaimana Omar Dhani?"

Lalu Omar Dhani menjawab, "Sudah, Paduka Yang Mulia."

Rapat diskors dan semua menuju beranda untuk makan siang.

Setelah mengambil makanan, Bung Karno duduk di kursi rotan sendirian. Ia memanggil Omar Dhani agar duduk di sebelah kirinya dan bertanya, "Kamu kelihatannya belum puas dengan jawaban Mursyid. Mengapa?"

Omar Dhani menjawab, "Pertama, mereka tidak melakukan revisi rencana operasi, itu kecerobohan. Kedua, tiga kapal Belanda, kalau benar laporan Kolonel Mursyid, bukannya sedang patroli seperti yang diberitakan pers, tetapi mereka berhenti pada jalur pelayaran kapal kita. Maar we werden opgewacht, tetapi tiga kapal kita disanggong. Ini berarti rencana kita sudah bocor, dan bocornya bukan di Aru, tetapi di Jakarta. Bapak masih ingat peristiwa di Padang tahun dulu?"

Langsung Presiden Soekarno bilang, "Je hebt gelijk, kamu benar."

Walau baru beberapa jam dilantik, ternyata Omar Dhani memiliki pengetahuan yang luas dan mampu memberikan analisis operasi yang tajam. Tidak salah bila dalam Operasi Dwikora Bung Karno nantinya memberi jabatan panglima kepadanya.

Setelah makan siang selesai, rapat dilanjutkan namun hanya seperempat jam. Presiden mengimbau agar pesan terakhir Komodor Yos Sudarso dilaksanakan dan kerahasiaan ditingkatkan. Kebocoran dalam peristiwa Aru sama sekali tidak disinggung.

Kebesaran Bung Karno

"Akan aku ceritakan kepadamu sesuatu yang belum pernah kuceritakan pada orang lain," kata Omar Dhani beberapa saat setelah keluar dari penjara. Mantan KSAU itu menyadari bahwa Bung Karno telah mengambil keputusan yang tepat. Lebih mendahulukan kepentingan nasional daripada kepentingan angkatan, apalagi kelompok yang lebih kecil. Bung Karno telah dengan sangat jeli mengetahui bahwa Omar Dhani tidak puas dengan jawaban Kol. Mursyid, dan dengan cara elegan serta luwes memaksa Omar Dhani untuk menyatakan keputusannya.

Bung Karno tidak membongkar adanya kebocoran karena hal itu bisa menimbulkan rasa tidak enak antarangkatan. Bung Karno membiarkan suatu kegagalan dan kesalahan menjadi suatu tindakan yang heroik. Ia menjadikan teriakan tempur Yos Sudarso, "Kobarkan semangat pertempuran," secara maksimal. Itulah kebesaran Bung Karno yang akhirnya bisa dimengerti para pimpinan AURI, yang sebenarnya tidak bisa menerima tuduhan yang sulit dimengerti itu. Sebagai ahli strategi militer, Bung Karno dengan cepat memanfaatkan kekalahan dalam satu pertempuran menjadi suatu kemenangan politis dan psikologis yang kemudian memenangkan peperangan.

Peristiwa Aru kemudian berlalu begitu saja. Sampai saatnya nanti orang bisa menilai, pengorbanan batin para pimpinan AURI di masa itu adalah wujud nyata sikap tertinggi dalam disiplin prajurit, yaitu loyalitas.



gravatar

Apa itu PKI & kenapa dibenci?

APA PARTAI KOMUNIS ITU

Ini adalah diktat untuk KPS dan KPSS tentang "Pembangunan Partai" disusun oleh Depagitprop CC PKI

(Depagitprop CC PKI Djakarta 1958)

PKI ADALAH ANAK ZAMAN

Penanaman kapital di Indonesia pada sedjak achir abad ke-XIX meningkat dengan tjepat, jang membawa perubahan besar dalam kehidupan ekonomi dan sosial di Indonesia.

Untuk mengerdjakan bahan2 mentah, imperialisme Belanda mendirikan pabrik2, membikin pelabuhan2 dan djalan2 kereta-api. Tetapi, semuanja itu se-kali2 bukanlah untuk memadjukan Indonesia, melainkan untuk mengintensifkan penghisapan kolonial terhadap Rakjat Indonesia.

Dengan demikian pengaruh kapitalisme mendjadi merasuk kedalam masjarakat Indonesia, jang mendorong lahirnja klas2 baru dalam masjarakat Indonesia, jaitu : Klas proletar, intelektuil dan burdjuasi Indonesia.


Lahirnja klas proletar mendorong berdirinja organisasi serikatburuh. Dibanjak tempat di Indonesia mulai berdiri serikatburuh2, seperti serikatburuh pelabuhan, serikatburuh kereta-api, serikatburuh pertjetakan dan serikatburuh2 di-pabrik2 lainnja.

Pada tahun 1905 berdirilah serikatburuh kereta-api jang bernama SS-Bond (Staats-Spoor Bond). Dalam tahun 1908 berdirilah Perkumpulan Pegawai Spoor dan Trem (Vereniging van Spoor en Tram Personeel - VSTP), suatu serikatburuh kereta-api jang militan ketika itu.

Serikatburuh2 ini merupakan sekolah2 politik bagi massa kaum buruh. Tetapi, perdjuangan serikatburuh adalah perdjuangan jang terbatas untuk memenuhi kebutuhan2 langsung daripada para-anggotanja, untuk perbaikan upah dan sjarat2 kerdja, suatu perdjuangan jang terbatas pada soal2 sosial ekonomi. Kesedaran jang diperoleh lewat aksi2 dan pemogokan2 belumlah mentjapai tingkat kesedaran-klas jang sempurna, tetapi baru pada tingkat kesedaran pertentangan antara mereka sebagai buruh-upahan terhadap madjikannja itu sendiri jang memeras tenaganja, tingkat kesedaran jang elementer, kesedaran jang masih terbatas untuk memperdiuangkan nasibnja sendiri, nasib golongannja.

Seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan gerakan buruh, kesedaran politik dan orgarisasi klas buruhpun meningkat pula. Klas buruh menghendaki suatu organisasi jang tidak hanja membatasi diri pada perdjuangan serikatburuh, sebab hanja dengan organisasi serikatburuh, sistim kapitalisme, jang merupakan sumber kemiskinan dan kesengsaraan bagi seluruh massa pekerdja, tidaklah dapat d.itumbangkan. Untuk menumbangkan sistim kapitalisme, klas buruh harus mendjalankan perdjuangan politik jang revolusioner, klas buruh harus mempunjai partai politik.

Tingkat kesedaran klas buruh inilah jang mendorong berdirinja suatu partai politik, jang merupakan alat untuk memperdjuangkan tjita2 dan politik daripada klas buruh. Partai politik klas buruh ini tidaklah hanja untuk memimpin perdjuangan klas buruh guna perbaikan upah dan sjarat2 kerdja kaum buruh, akan tetapi sampai dengan untuk merombak susunan masjarakat jang memaksa seseorang jang tidak bermilik harus mendjual tenaganja kepada kaum kapitalis.

Pada bulan Mei tahun 1914 di Semarang telah berdiri Perkumpulan Sosial-Demokratis Indonesia (Indische Sociaal Democratische Vereniging -- ISDV), suatu organisasi politik jang menghimpun intelektuil2 revolusioner bangsa Indonesia dan Belanda. Tudjuannja jalah untuk menjebarkan Marxisme dikalangan kaum buruh dan Rakjat Indonesia. Perkumpulan Sosial-Demokratis Indonesia inilah jang pada tanggal 23 Mei tahun 1920 berubah nama mendjadi Partai Komunis Indonesia (PKI).

Lahirnja PKI merupakan peristiwa jang sangat penting bagi perdjuangan kemerdekaan Rakjat Indonesia. Pemberontakan kaum tani jang tidak teratur dan bersifat perdjuangan se-daerah atau se-suku dalam melawan imperialisme Belanda, jang terusmenerus mengalami kegagalan, sedjak PKI berdiri, mendjadi diganti dengan perdjuangan proletariat jang terorganisasi dan jang memimpin perdjuangan kaum tani dan gerakan revolusioner lainn]a.

Petjahnja Revolusi Oktober di Rusia tahun 1917 sangat berpengaruh pada proletariat Indonesia. Lahirnja PKI dan perkembangannja tidaklah dapat dipisahkan dari pengaruh kemenangan Revolusi Oktober itu.

Kemenangan Revolusi Oktober Besar di Rusia itu telah membangkitkan kesedaran Rakjat2 djadjahan. Revolusi Oktober, memberi kejakinan kepada Rakjat Indonesia, bahwa imperialisme Belanda pasti dapat digulingkan, dan Rakjat Indonesia akan dapat mendirikan negara Indonesia jang bebas dan merdeka.

Djadi Partai Komunis Indonesia lahir dalam zama imperialisme, sesudah di Indonesia ada klas buruh, sesudah di Indonesia berdiri serikatburuh2 dan Perkumpulan Sosial Demokratis Indonesia, jaitu organisasi politik jang pertama daripada kaum Marxis Indonesia, sesudah Revolusi Oktober tahun 1917.

Lahirnja PKI bukanlah suatu hal jang kebetulan, melainkan suatu hal jang sesuai dengan perkembangan sedjarah, suatu hal jang wadjar. PKI adalah anak zaman jang lahir pada waktunja.

IDEOLOGI PARTAI KOMUNIS

Apakah idologi itu?

Ideologi adalah tjita2 dan pandangan2 jang menjatakan kepentingan2 suatu klas.

Didalam masjarakat modern, masjarakat kapitalis, pada pokoknja terdapat dua klas. Klas kapitalis, jaitu mereka jang memiliki alat2 produksi, jang tidak bekerdja dan hidup dari menghisap kerdja kaum buruh. Klas buruh, jaitu mereka jang tidak memiliki alat2 produksi, bekerdja keras pada kapitalis, tetapi tidak mendapat hasil jang tjukup untuk hidup jang lajak.

Bagaimana ideologi klas kapitalis?

Klas kapitalis hidup dari menghisap kerdja kaum buruh. Adanja klas kapitalis karena adanja klas buruh jang dihisap. Untuk mendapat laba jang lebih banjak, kapitalis jang satu harus bersaing melawan kapitalis2 lainnja. Dalam persaingan ini banjak kapitalis2 ketjil djatuh bangkrut.

Dengan menghisap kerdja kaum buruh, dan dengan bersaing, didalam klasnja sendiri, itulah jang merupakan sjarat2 pokok bagi perkembangan kapitalisme. Oleh karena itu kebahagiaan kapitalis didasarkan atas penderitaan dari ber-djuta2 massa Rakjat pekerdja.

Djadi kepentingan kapitalis jalah menghisap klas buruh, dan membangkrutkan kapitalis2 lainnja. Semuanja ihi ditudjukan untuk mempertahankan sistim penghisapan. Oleh karena itu, semua tjita2 dan pandangan2 jang ditudjukan untuk mewudjudkan kepentingan mengeduk laba sebanjak2nja, kepentingan untuk mempertahankan sistim penghisapan, adalah merupakan ideologi daripada klas kapitalis.

Bagaimana ideologi klas buruh?

Klas buruh tidak memiliki alat2 produksi. Klas buruh bekerdja didalam pabrik2, bekerdjasama dan mengadakan pembagian pekerdjaan dengan mempunjai tanggungdjawab perseorangan menurut pembagian pekerdjaan masing2, dan mendjalankan produksi setjara kolektif. Dalam produksi jang madju di-pabrik2, terpeliharalah kebiasaan kaum buruh untuk bersatu, untuk saling membantu, berorganisasi dan berdisiplin.

Untuk perkembangan diri klas buruh sendiri, klas buruh harus bersatu dengan massa Rakjat pekerdja lainnja. Hanja dengan persatuan dikalangan klas buruh dan massa Rakjat pekerdja lainnja itulah, klas buruh dapat membebaskan dirinja dan selandjutnja membebaskan seluruh massa Rakjat pekerdja dari penghisapan kapitalisme.

Klas buruh menaruh perhatian pada perdjuangan2 untuk pembebasan Rakjat pekerdja sedunia, pada kemenangan2 dan kekalahan2nja. Mereka mengerti, bahwa setiap kemenangan atau kekalahan Rakjat pekerdja dimana sadja adalah berarti kemenangan atau kekalahan mereka sendiri.

Djadi kepentingan klas buruh jalah pembebasan semua Rakjat pekerdja dari kapitalisme. Semua tjita2 dan pandangan2 jang diwudjudkan dalam perbuatan untuk men tjapai kepentingan klas buruh merupakan ideologi klas buruh.

Partai Komunis adalah Partainja klas buruh. Karena itu ideologi Partai Komunis adalah ideologi klas buruh. Setiap anggota Partai Komunis harus memiliki ideologi klas buruh iri.

DASAR2 ORGANISASI PARTAI KOMUNIS

Klas buruh mempunjai ber-matjam2 organisasi perlawanan. Ada serikatburuh jang saban hari terlibat dalam pertempuran2 terhadap kapital. Ada organisasi kooperasi kaum buruh jang dengan usaha sendiri meringankan beban dari anggota2nja. Ada pula perkumpulan2 pendidikan, organisasi2 pemuda, dan lain2 sebagainja. Semua organisasi adalah organisasi klas buruh jang meninggikan kesedara klas buruh.

Akan tetapi kesedaran jang diperoleh buruh lewat perdjuangan organisasi2 ini, dan ketjerdasan politik jang.didapatnja dari organisasi2 ini, tidaklah sampai membiki klas proletar tjukup kuat dan bersatu untuk melawan sistim kapitalisme. Untuk itu harus ada partai politik dari klas proletar, artinja harus ada teori perdjuangan jang diinjeksikan kedalam gerakan buruh itu. Teori itu adalah teori Marxisme-Leninisme. Hanja dengan adanja teori jang revolusioner, jaitu Marxisme-Leninisme terdapat suatu partai jang revolusioner, Partai Komunis, partainja klas proletar. Hanja partai jang sematjam itulah jang mempersatukan semua organisasi2 klas buruh lainnja dan memimpinnja, jang membikin terang sasaran perdjuangannja dan bisa menjusun taktik2 perdjuangannja.

Sebab itu, Partai Komunis itu adalah barisan depan jang terorganisasi, adalah bentuk organisasi jang terttinggi jang paling berdisiplin. Tetapi untuk bisa mendjadi barisan terdepan, mendjadi organisasi jang tertinggi, untuk dapat memenuhi tugasnja, maka Partai klas buruh harus mempunjai dasar2 organisasi sebagai berikut :

a. DASAR SENTRALISME-DEMOKRATIS

Partai itu harus merupakan satu kesatuan politik dan kesatuan organisasi. Kebulatan dalam politik dan kebulatan dalam organisasi adalah sjarat mutlak bagi Partai Komunis.

Untuk memperoleh kebulatan dalam organisasi, Partai Komunis disusun berdasarkan prinsip sentralisme-demokratis. Sentralisme-demokratis adalah prinsip organisasi Partai Komunis jang mengatur pemberian kekuasaan jang perlu pada badan2 pimpinan Partai, dan sekaligus merupakan pelaksanaan demokrasi jang tertinggi didalam Partai.

Ini berarti, bahwa sentralisme dalam Partai itu dibangun atas dasar demokrasi, dan demokrasi dalam Partai itu dibawah pimpinan jang dipusatkan.

Sjarat2 pokok untuk dapat melaksanakan prinsip sentralisme-demokratis dalam organisasi jalah:

a. Bahwa semua badan pimpinan Partai dari bawah sampai keatas harus dipilih oleh anggota setjara demokratis;

b. Bahwa semua badan piinpinan Partai harus memberi laporan pada waktu tertentu kepada organlsasi Partai jang memilihnja;

c. Bahwa setiap anggota Partai harus tunduk kepada putusan2 organisasi Partai dimana ia tergabung; djumlah tersedikit harus tunduk kepada djumlah terbanjak; organisasi Partai bawahan harus tunduk kepada organisasi Partai diatasnja dan segenap bagian daripada organisasi Partai harus tunduk kepada CC;

d. Bahwa disiplin Partai harus didjalankan dengan sungguh2 dan putusan2 Partai harus dilaksanakan dengan tanpa sjarat.

Segi sentralisme akan mendjamin adanja satu pimpin jang memusat. Dengan begitu Partai merupakan satu kekuatan jang bulat, jang memberi pimpinan dengan baik kepada anggota dan massa Rakjat. Ini akan memperbesar kepertjajaan massa anggota dan massa Rakjat kepada Partai, dan ini merupakan sjarat untuk. mentjapai kemenangan2 didalam setiap aksi.

Segi demokrasi akan mendorong anggota Partai aktif memperbintjangkan persoalan2 jang dihadapi se-hari2. Segi demokrasi akan mengembangkan inisiatif dan daja-tjipta anggota Partai.

Djadi sentralisme dan demokrasi didalam Partai adalah merupakan satu kesatuan dari dua segi jang satusamalain berdjalinan. Satusamalain tak dapat terpisahkan. Sentralisme tanpa demokrasi dapat mendjurus kese-wenang2an dan menekan daja-tjipta anggota, tetapi demokrasi tanpa sentralisme, tanpa pimpinan jang memusat berarti ultra-demokrasi, jaitu demokrasi jang ber-lebih2an, demokrasi jang tidak terpimpin. Demokrasi sematjam ini sama dengan liberalisme (se-mau2nja).

Prinsip sentralisme-demokratis ini harus difahami dan harus dilaksanakan dalam kehidupan Partai se-hari2 oleh setiap anggota disemua tingkat organisasi Partai, disemua lapangan pekerdjaan. Dengan susunan organisasi Partai jang berdasarkan prinsip sentralisme-demokratis, maka terdjaminlah persatuan antara pimpinan Partai dengan anggota dan antara Partai dengan massa Rakjat.

b. TENTANG DISIPLIN

Partai Komunis itu harus mempersatukan semua kekuatan dan organisasi2 klas proletar, harus selalu berhubungan erat dengan semua klas2 pekerdja lainnja, dan harus bisa memimpin perdjuangan Rakjat. Oleh sebab itu, disamping kesatuan politik dan kesatuan organisasi, Partai mempunjai kesatuan disiplin. Artinja, didalam Partai hanja ada satu matjam disiplin jang berlaku bagi semua anggota, dari tjalon-anggota sampai fungsionaris2 jang tertinggi. Hanja dengan adanja kesatuan disiplin jang kuat ini Partai bisa tetap memelihara sifat memimpin, bisa tetap mempertahankan sifat berdiri sendiri dalam politik dan organisasi, dan bisa tetap memelihara hubungan jang erat dengan massa Rakjat lainnja.

Darimana sumber disiplin jang kuat didalam Partai Komunis? Kehidupan se-hari2 dari kaum buruh mendjadi dasar daripada disiplin itu. Klas burdjuis dengan peraturan2 jang berat di-pabrik2 mengadjarkan disiplin pada kaum buruh. Akan tetapi kekerasan disiplin burdjuis itu bersifat niengantjam dan menakut-nakuti. Sebaliknja kaum buruh mengambil peladjaran jang berguna bagi perdjuangannja dari peraturan2 jang keras itu jaitu, bahwa dengan mentaati aturan2 pabrik terdapat tjara kerdja dan pembagian kerdja jang effektif, terdapat hasil2 jang berkwalitet tinggi dan pengaturan waktu jang rasionil dan kerdjasama jang harmonis. Hal2 inilah jang dipeladjari kaum buruh dan ditinggikan mendjadi suatu, disiplin sukarela, jang tidak bersifat menakut-nakuti, tidak bersifat mengantjam, melainkan bersifat mendorong, dan mempersatukan serta, mempertinggi mutu dari pekerdjaan.

c. KRITIK DAN SELFKRITIK

Konstitusi Partai menegaskan sebagai berikut : "PKI harus terusmenerus memeriksa kesalahan2 dan kekurangan2nja dengan djalan mengadakan kritik dan selfkritik jang tadjam. Dengan demikian dapatlah dikoreksi pada waktunja semua kesalahan dan kekurangan2 dan dapat mendidik anggota dan kader Partai. PKI menentang sikap sombong, sikap jang tidak mau mengakui kesalahan2 dan takut kiltik dan selfkritik".

Mengapa kritik dan selfkritik perlu?

Dalam perdjuangan ada kalanja perhitungan kita tidak tjotjok dengan keadaan objektif. Maka timbullah kesalahan2 atau kekurangan2 dalam pekerdjaan.

Untuk mengatasi kekurangan dan kesalahan, kita harus selalu mengadakan tindjauan pada pekerdjaan kita. Dengan menggunakan kritik dan selfkritik dalam menindjau pekerdjaan itu, kita membetulkan kesalahan dan mengikis kekurangan2. Dengan demikian pekerdjaan kita mendja terus madju.

Kritik dan selfkritik perlu untuk memadjukan Partai kita, untuk memelihara kemurnian ideologi proletar, untuk memegang teguh garis politik dan organisasi, untuk mendidik anggota supaja dengan beladjar dari kesalahan2 dan kekurangan2 itu, pekerdjaan jang akan datang lebih baik.

Dengan kritik dan selfkritik, ideologi kita makin hari makin tergembleng. Ibarat kita membersihkan rumah kita setiap hari, demikian pula hendaknja kita membersihkan fikiran2 kita dan rnembetulkan ideologi kita setiap waktu.

Bagaimana tjaranja mendjalankan kritik dan selfkritik?

Untuk mendjalankan kritik dan selfkritik dengan tepat, kita harus mengingat beberapa hal sebagai berikut : kesalahan atau kekurangan itu hendaknja dianggap sebagai suatu penjakit jang perlu diobati. Bagi jang mengkritik hendaknja bersifat ingin mengobati "sisakit". Bagi jang dikritik hendaknja suka menerima dengan ichlas bantuan dari orang jang akan mengobati. "Sisakit" akan bisa segera sembuh, djika ia sungguh2 mengemukakan kesalahannja tepat pada waktunja, atau mendjalankan selfkritik tepat pada waktunja.

Oleh karena itu djika dalam mendjalankan kritik dan selfkritik timbul saling mentjurigai pasti tidak menguntungkan persatuan Partai dan harus ditentang.

Dalam mendjalankan kritik dan selfkritik ada kalanja tidak diperhatikan soal2 pokok, tetapi terlibat pada soal jang ketjil. Djanganlah dilupakan bahwa tugas terpenting daripada kritik dan selfkritik jalah menundjukkan kesalahan2 politik, organisasi dan ideologi.

Bagaimana tjara mengembangkan kritik dan selfkritik?

Adanja rapat2 periodik dan diskusi2 periodik adalah sangat penting untuk senantiasa mengadakan tindjauan dalam pekerdjaan dan untuk mengembangkan kritik dan selfkritik.

d. PIMPINAN KOLEKTIF

Djaminan untuk suksesnja pimpinah Partai atas massa ialah adanja tjara kerdja dan pimpinan kolektif.

Tjara pimpinan kolektif dilaksanakan dengan mengumpulkan pendapat2 dari massa untuk disimpulkan, dan setelah mendjadi kesimpulan kolektif didjadikan pedoman dalam memberikan pimpinan. Karena itu pimpinan kolektif jang sedemikian itu adalah pimpinan kolektif jang realis, jang objektif.

Tjara pimpinan kolektif berlawanan dengan tjara pimpinan perseorangan. Tjara pimpinan perseorangan mengingkari pendapat2 massa, dan se-mata2 menguntungkan pendapat2 perseorangan sadja. Karena itu tjara pimpinan persoorangan adalah subjektif.

Bagaimana tjara melaksanakan pimpinan kolektif?

Tjara melaksanakan pimpinan-kolektif jaitu dengan mengadakan rapat2 periodik didalam badan2 kolektif. Rapat2 periodik itu harus teratur. Masing2 anggota kolektif harus inempersiapkan diri sebelum berapat. Masing2 anggota kolektif melaporkan apa jang dikerdjakan dan bagaimana tjaranja mengerdjakannja.

Apakah tjara pimpinan kolektif itu menghilangkan perasaan perseorangan?

Tidak! Partai Komunis menghargai perasaan perseorangan dan selalu berusaha mengembangkan ketjakapan perseorangan. Dengan berkembangnja ketjakapan perseorangan dari anggota2 kolektif itu, maka kwalitet kolektif itu meningkat mendjadi lebih tinggi.

Tjara kerdja kolektif tidak berarti meniadakan tanggungdjawab perseorangan. Tanpa tanggungdjawab perseorangan kita akan terdjerumus dalam bentjana dimana tidak ada orang jang bertanggungdjawab. Dalam setiap organisasi harus ada tanggungdjawab perseorangan menurut pembagian kerdja, dan harus ada orang jang bertanggungdjawab kepada seluruh pekerdjaan. Tiap badan kolektif memilih kepala kolektif, jaitu anggota jang paling madju diantara anggota2nja. Selain seorang kepala kolektif dipilih djuga seorang atau lebih wakil2 kepala supaja dengan begitu periodik- dari kolektif bisa selalu berdjala Partai akan lebih terkonsolidasi dan tambah besar pengaruhnja dikalangan massa, djika setiap orang Komunis bekerdja berdasarkan tjara pimpinan kolektif.

SJARAT2 KEANGGOTAAN PARTAI

a. ARTI DARI TERIKAT DALAM SALAH SATU ORGANISASI PARTAI

Mengenai penerimaan mendjadi anggota Partai, Konstitusi mendjelaskan sebagai berikut : "Jang dapat diterima mendjadi anggota Partai jalah setiap warganegara jang telah berumur 18 tahun, jang menjetudjui Program dan Konstitusi Partai, masuk dan bekerdja aktif disalahsatu organisasi Partai, ta'at kepada putusan2 Partai, membajar uang pangkal dan iuran Partai, mengundjungi rapat2 dan kursus2 Partai".

Program dan Konstitusi Partai adalah garis politik d organisasi jang terpokok. Persetudjuan seseorang pada Program dan Konstitusi Partai adalah persetudjuan seseorang kepada garis politik dan organisasi Partai. Sjarat ini adalah penting bagi seorang jang mau mendjadi anggota Partai, karena persetudjuan pada Program dan Konstitusi itu merupakan langkah penting kearah kesatuan politik dan organisasi didalam Partai.

Tetapi, persetudjuan pada Program dan Konstitusi atau persetudjuan pada garis politik dan organisasi sadja belum tjukup bagi orang jang mau mendjadi anggota. Garis politik dan garis organisasi jang benar dan jang telah disetudjui itu harus diperdjuangkan, harus diwudjudkan. Dimana tempat untuk memperdjuangkannja? Dengan masuk dan bekerdja aktif disalahsatu organisasi Partai, maka seseorang anggota dapat dengan aktif memperdjuangkan garis politik dan garis organisasi Partai jang benar.

Setiap anggota Partai harus mentaati putusan Partai. Setiap putusan Partai adalah putusan kolektif, putusan jang diambil dalam organisasi Partai. Dengan mentaati putusan Partai itulah, maka anggota Partai bersikap menghargai dan mendjundjung tinggi organisasi Partai. Kaum Komunis itu tidak mempunjai sendjata lain ketjuali organisasi!

Anggota Partai harus menibajar uang-pangkal dan iuran Partai. Ini membuktikan, bahwa seorang anggota Partai djuga bersedia menjerahkan kepada Partai sebagian dari penghasilannja.

Achirnja dengan mengundjungi rapat2 dan kursus2 serta membatja penerbitan2 Partai, anggota dapat selalu mengikuti kehidupan intern-Partai, kehidupan politik dan organisasinja, dan dengan begitu terus-menerus berusaha untuk meningkatkan kwalitet keanggotaannja.

Dengan memenuhi sjarat2 keanggotaan seperti tersebut diatas, setiap anggota Partai Komunis dapat mengabdikan dirinja sepenuhnja kepada kepentingan Partai dan Rakjat. Karena itu djanganlah ada satu sadja dari sjarat2 keanggotaan itu jang dilalaikan.

b. ARTI DARI MASA-PENTJALONAN

Sebelum seseorang dapat disahkan mendjadi anggota Partai, didalam Konstitusi Partai ada disebut mengenai masa-pentjalonan bagi seseorang.

Apa arti masa-pentjalonan itu? Mengapa penerimaan mendjadi anggota Partai diatur melalui masa-pentjalonan?

Mengapa orang tidak lalu terus diterima mendjadi anggota?

Pada pokoknja masa-pentjalonan diperlukan untuk memberikan pendidikan permulaan tentang ideologi Komunis kepada tjalon-anggota, dan djuga untuk mendjamin pengawasan oleh organisasi2 Partai terhadap kwalitet politik tjalon-anggota tersebut.

Mengenai Program dan Konstitusi Partai pada umum sudah diketahui garis pokoknja oleh tjalon-anggota, tetapi mengenai hidup berorganisasi dan mengenai ideologi Komunisme ia harus terlebih dulu dilatih.

Lama masa-tjalon ditentukan oleh kedudukan sosial d masing2 orang. Bagi kaum buruh, buruh-tani dan tani-miskin masa-tjalonnja lebih pendek daripada bagi tani-sedang, pegawai-kantor dan kaum intelektuil atau pekerdja-merdeka.

Rol dari para penanggung tjalon-anggota jang bersangkutan adalah penting sekali, sebab merekalah sebetulnja jang mendjadi pelatih pertama dari tjalon-anggota. Sedikit banjaknja tergantung pada para penanggung inilah djadi tidaknja tjalon itu mendjadi seorang Komunis jang baik.

Dalam pada itu Partai menegaskan bahwa setiap orang jang sudah diterima mendjadi tjalon-anggota, pada saat penerimaan itu ia sudah mendjadi anggota klas buruh, sudah mendjadi anggota proletariat walaupun kedudukan sosialnja tidak sebagai buruh-upahan.

Kewadjiban Partai terhadap para tjalon-anggota jalah berusaha agar para tjalon-anggota dapat ditingkatkan mendjadi anggota tepat pada waktunja.

c. TENTANG KEWADIIBAN DAN HAK ANGGOTA PARTAI

Untuk mendjadi anggota Partai Komunis, dari seseorang hanja diperlukan memenuhi sjarat2 keanggotaan seperti jang ditetapkan didalam penerimaan mendjadi anggota di atas -- jaitu setiap warganegara jang telah berumur 18 tahun, jang menjetudjui Program dan Konstitusi Partai, ….bekerdja aktif disalahsatu organisasi Partai, taat kepada putusan2 Partai dan membajar uang-pangkal dan iuran Partai, mengundjungi rapat2 dan kursus2 Partai serta membatja penerbitan2 Partai. Ini ddalah sjarat2 minimum jang harus dipenuhi oleh setiap anggota Partai.

Tetapi, setiap anggota Partai Komunis, seharusnja tidak mendjadi seorang anggota jang hanja memenuhi sjarat2 minimum sadja. Seorang anggota harus tidak merasa puas dengan hanja membatasi diri pada sjarat2 minimum ini.

Oleh sebab itu mengenai kewadjiban anggota Partai, Konstitusi mewadjibkan anggota untuk mempertinggi kesedarannja dan memperdalam pengertiannja tentang dasar2 daripada teori Marxisme-Leninisme. Ini adalah djalan bagi setiap anggota untuk dapat senantiasa memperbanjak amalnja kepada Rakjat dan kepada revolusi, dan dengan begitu sekaligus meninggikan kwalitet keanggotaannja.

Konstitusi djuga menekankan tentang kewadjiban anggota Partai untuk sungguh2 mendjalankan disiplin Partai, ambil bagian jang aktif dalam kehidupan politik intern Partai dan dalam gerakan revolusioner di Indonesia, melaksanakan dengan sungguh2 politik serta putusan2 Partai dan menentang segala sesuatu jang membahajakan kepentingan2 Partai. Tidak dapat disangsikan, bahwa pelaksanaan kewadjiban ini akan membikin Partai Komunis mendjadi Partai jang kuat dan bulat.

Konstitusi Partai menekankan tentang kewadjiban anggota Partai untuk mengembangkan kritik dan selfkritik dari bawah, mengemukakan kekurangan2 dan mengatasinja, menentang kepuasan-diri jang ber-lebih2an. dan kesombongan karena mendapat hasil2 dalam pekerdjaan. Tidak dapat disangsikan, bahwa ketentuan ini akan mendorong untuk membuka dan melenjapkan kekurangan2 dan kesalahan2 dalam pekerdjaan Partai, dan achimja akan memadjukan Partai.

Dalam Konstitusi ditentukan, bahwa anggota Partai wadjib mengabdi kepada Rakjat banjak, mengkonsolidasi hubungan Partai dengan massa, mempeladjari dan melaporkan tepat pada waktunja kehendak2 massa kepada Partai serta mendjelaskan politik Partai kepada massa. lni mengandung arti bahwa kepentingan2 Partai Komunis adalah sama dengan kepentingan2 Rakjat dan bahwa tanggungdjawab terhadap Partai adalah sama dengan tanggungdjawab terhadap Rakjat. Perwudjudan dari kewadjiban ini akan mendjadikan Partai kita takterkalahkan, karena Partai tidak terpisah dari massa Rakjat.

Kewadjiban lain dari setiap anggota jalah supaja menguasai garis pekerdjaannja dan mendjadi teladan dalam berbagai lapanoan ckerdjaan revolusidner. Ketentuan ini mendorong anggota untuk menguasai segi2 pekerdjaan dan mendorong untuk mengetahui hubungan pekerdjaan dengan seluruh perdjuangan revolusioner.

Mengenai hak2 anggota Partai, Konstitusi menekankan sebagai berikut:

Ambil bagian dalam diskusi2 jang bebas dan luas tentang pelaksanaan politik Partai;
Memilih dan dipilih didalam Partai;
Mengadjukan usul2 atau keterangan2 kepada tiap organisasi Partai, sampai kepada CC;
Mengkritik tiap fungsionaris Partai dalam rapat2 Partai.
Untuk mengembangkan demokrasi-intern Partai, maka setiap anggota harus menggunakan hak2nja ini dengan se baik2nja.

ORGANISASI BASIS DARIPADA PARTAI

Organisasi-basis Partai dibangun menurut tempat-tinggi atau kesatuan tempat-kerdja, dimana terdapat paling sedikit 3 anggota Partai. Berdasarkan ketentuan ini, maka organisasi-basis bisa mempunjai hanja 3 anggota, tetapi bisa djuga mempunjai ratusan anggota.

Organisasi-basis Partai atau Resort Partai merupakan kesatuan Partai jang berhubungan langsung dengan anggota2 Partai dan jang bekerdja langsung di-tengah2 masa Rakjat ia merupakan djembatan jang menghubungkan massa Rakjat dengan badan2 pimpinan Partai. Oleh karena itu, militansi dari keseluruhan Partai sangat tergantung pada militansi daripada organisasi-basis Partai.

Didalam Resort Partai dimana terdapat banjak anggota, harus dibentuk Grup2 jang anggotanja, terdiri dari se-banjak2nja 7 orang anggota. Grup2 ini merupakan bagian daripada Resort, tetapi bagian jang tidak mempunjai hak untuk menentukan garis atau sikap politik. Grup2 ini melaksanakan putusan2 dari Resort.

Tiap Grup memilih seorang Kepala Grup dan kalau perlu wakil Kepala.

Apa tugas organisasi-basis? Resort Partai harus melakukan pekerdjaan propaganda dan organisasi dikalangan Rakjat untuk mendjelaskan pendirian politik Partai dan putusan2 organisasi Partai atasan. Tugas lain dari Resort jalah untuk mengetahui dengan djelas hal-ihwal daripada anggota2nja, sedjarahnja, perasaannja dan tingkat kesedaran politiknja.

Resort Partai berkewadjiban membuka kedok musuh2 Rakjat jang bersembunji di-tengah2 Rakjat, dan membasmi mereka dengan bekerdja-sama jang erat dengan Rakjat sekitarnja.

Selandjutnja tugas Resort jalah meninggikan tingkat kebudajaan dari anggota Partai dengan mengadakan pendidikan dan mengorganisasi peladjaran2, terutama peladjaran membatja-tulis (PBH) bagi anggota rang butahuruf.

Rapat2 anggota Resort dibagi dalam rapat2 Grup, dan rapat2 Resort dihadiri utusan2 jang dipilih oleh rapat Grup. Tetapi rapat Grup itu tidaklah bersifat menentukan politik melainkan mengumpulkan pendapat2 anggota untuk diteruskan pada Recom, atau sebaliknja untuk menjampaikan putusan2 Recom supaja dipetjahkan pelaksanaan putusan itu. Djadi bagaimanapun djuga Grup tidak boleh menggantikan Resort sebagai organisasi-basis Partai, Grup tidak boleh menghalang-halangi hubungan seorang anggota dengah Recom Partai.

Salahsatu tugas penting, dari Grup menurut Konstitusi jalah : mempertimbangkan permintaan mendjadi anggota dan setelah mengambil keputusan, meneruskannja kepada Recom Partai; setelah masa-tjalon selesai, mengusulkan pensahan mendjadi anggota Partai kepada Recom; menerima dan menjampaikan permintaan berhenti sebagai anggota atau tjalon-anggota kepada rapat Resort dan memilih utusan untuk menghadiri rapat Resort.

TENTANG GARIS MASSA DARIPADA PARTAI

Apakah garis massa daripada Partai itu?

Garis massa daripada Partai adalah suatu garis klas, jaitu garis massa klas proletar. Ini berarti, bahwa garis politik dan garis organisasi Partai itu harus selaras denga kepentingan massa Rakjat. Djadi mendjalankan garis massa daripada Partai berarti bahwa garis politik dan garis organisasi Partai harus berasal dari massa dan kembali kepada massa.

Salahsatu perbedaan jang penting antara Partai Komunis dengan partai2 burdjuis jalah terletak dalam hubungan masing2 Partai itu dengan massa Rakjat.

Partai2 burdjuis dan tuantanah berhubungan dengan massa Rakjat untuk mempertahankan penghisapannja terhadap massa. Mereka mentjari hubungan2 dengan massa tidak untuk membantu memperdjuangkan tuntutan massa melainkan untuk memerintah dan mentjari djalan jang se baik2 nja guna memenuhi keinginan2 menghisap klas burdjuis.

Sedangkan hubungan Partai Komunis dengan massa sudah ditjantumkan dalam Konstitusi sebagai beriku "Kaum Konaunis Indonesia harus mentjurahkan segenap tenaga dan fikirannja untuk mengabdi kepada Rakjat. Kaum Komunis Indonesia harus mengadakan hubungan2 jang luas dengan massa buruh, tani dan semua Rakjat revolusioner lainnja serta terus menerus mentjurahkan perhatiannja untuk memperkuat dan meluaskan hubungan2 ini. Tiap anggota Partai harus mengerti, bahwa kepentingan mereka adalah sama dengan kepentingan2 Rakjat, dan bahwa tanggungdjawab terhadap Partai adalah sama dengan tanggungdjawab kepada Rakjat".

Garis massa daripada Partai tidak hanja merupakan garis politik dan organisasi bagi Partai, melainkan djuga mendjadi moral bagi setiap orang Komunis. Bagi orang Komunis, ukuran jang tertinggi untuk semua perkataannja seharusnja jalah, apakah perkataan dan perbuatannja itu sesuai atau tidak dengan kepentingan jang terbesar dari massa Rakjat, dan apakah perkataan serta perbuatannja disokong atau tidak oleh massa Rakjat jang luas.

Setiap massa dapat dibagi atas tiga elemen dilihat dari sudut aktivitetnja. Sebagian jang ketjil merupakan elemen madju, jang paling aktif. Sebagian lagi merupakan elemen tengah, jang berdiri diantara aktif dan pasif, sedang bagian jang terbesar terdiri dari elemen jang pasif. Djika dalam suatu persoalan jang dihadapi oleh massa itu, elemen jang pertama sadja, atau elemen pertama dan jang kedua sadja jang bergerak, itu berarti bahwa bagian terbesar daripada massa belum bergerak, dan tidak akan banjak hasjlnja. Oleh sebab itu harus diusahakan supaja massa jang paling belakang itu, jaitu jang merupakan bagian jang terbesar turut bergerak. Djadi melaksanakan garis massa berarti, membantu elemen2 jang madju supaja bisa ber-angsur2 melahirkan pemimpin2, mendorong elemen tengah hingga mendjadi madju, dan selandjutnja mempertinggi kesadaran elemen ketiga atau jang terbelakang hingga melepaskan pasivitetnja dan turut bergerak.

Dengan sense aksen jadul!!!!


gravatar

Penyimpangan di Sekitar Teks Proklamasi RI

Tidak banyak di antara generasi muda di Indonesia yang mengetahui bahwa sebenarnya ada problem mendasar di sekitar peristiwa proklamasi Republik Indonesia. Adalah seorang tokoh sejarah bernama KH Firdaus AN yang menyingkap terjadinya pengkhianatan terhadap Islam menjelang, saat, dan setelah kemerdekaan. Menurut beliau semestinya ada sebuah koreksi sejarah yang dilakukan oleh ummat Islam. Koreksi sejarah tersebut menyangkut pembacaan teks proklamasi yang setiap tahun dibacakan dalam upacara kenegaraan.

Dalam penjelasan ensiklopedia bebas wikipedia, naskah proklamasi ditulis tahun 05 karena sesuai dengan tahun Jepang yang kala itu adalah tahun 2605.
Berikut isi teks proklamasi yang disusun oleh duet Soekarno-Hatta:


Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.
Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan dengan tjara seksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.

Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05 Atas nama bangsa Indonesia.
Soekarno/Hatta

Teks tersebut merupakan hasil ketikan Sayuti Melik (atau Sajoeti Melik), salah seorang tokoh pemuda yang ikut andil dalam persiapan proklamasi.

Proklamasi kemerdekaan itu diumumkan di rumah Bung Karno, jl. Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta, pada 17 Agustus 1945, hari Jum'at, bulan Ramadhan, pukul 10.00 pagi.

Kritik KH Firdaus AN terhadap teks Proklamasi di atas:

1. Teks Proklamasi seperti tersebut di atas jelas melanggar konsensus, atau kesepakatan bersama yang telah ditetapkan oleh BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) pada 22 Juni 1945.

2. Yang ditetapkan pada 22 Juni 1945 itu ialah, bahwa teks Piagam Jakarta harus dijadikan sebagai Teks Proklamasi atau Deklarasi Kemerdekaan Indonesia.

3. Alasan atau dalih Bung Hatta seperti diceritakan dalam bukunya Sekitar Proklamasi hal. 49, bahwa pada malam tanggal 16 Agustus 1945 itu, 'Tidak seorang di antara kami yang mempunyai teks yang resmi yang dibuat pada tanggal 22 Juni 1945, yang sekarang disebut Piagam Jakarta, ' tidak dapat diterima, karena telah melanggar kaidah-kaidah sejarah yang harus dijunjung tinggi. Mengapa mereka tidak mengambil teks yang resmi itu di rumah beliau di Jl. Diponegoro yang jaraknya cukup dekat, tidak sampai dua menit perjalanan? Mengapa mereka bisa ke rumah Mayjend. Nisimura, penguasa Jepang yang telah menyerah dan menyempatkan diri untuk bicara cukup lama malam itu, tapi untuk mengambil teks Proklamasi yang resmi dan telah disiapkan sejak dua bulan sebelumnya mereka tidak mau? Sungguh tidak masuk akal jika esok pagi Proklamasi akan diumumkan, jam dua malam masih belum ada teksnya. Dan akhirnya teks itu harus dibuat terburu-buru, ditulis tangan dan penuh dengan coretan, seolah-olah Proklamasi yang amat penting bagi sejarah suatu bangsa itu dibuat terburu-buru tanpa persiapan yang matang!

4. Teks Proklamasi itu bukan hanya ditandatangani oleh 2 (dua)
orang tokoh nasional (Soekarno-Hatta), tetapi harus ditanda-tangani oleh 9 (sembilan) orang tokoh seperti dicantum dalam Piagam Jakarta. Keluar dan menyimpang dari ketentuan tersebut tadi adalah manipulasi dan penyimpangan sejarah yang mestinya harus dihindari. Teks itu tidak otentik dan tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Deklarasi Kemerdekaan Amerika saja ditandatangani oleh lebih dari 5 (lima) orang tokoh.

5. Teks Proklamasi itu terlalu pendek, hanya terdiri dari dua alinea yang sangat ringkas dan hampa, tidak aspiratif. Ya, tidak mencerminkan aspirasi bangsa Indonesia; tidak mencerminkan cita-cita yang dianut oleh golongan terbesar bangsa ini, yakni para penganut agama Islam. Tak heran banyak pemuda yang menolak teks Proklamasi yang dipandang gegabah itu. Tak ada di dunia, teks Proklamasi atau deklarasi kemerdekaan yang tidak mencerminkan aspirasi bangsanya. Teks Proklamasi itu manipulatif dan merupakan distorsi sejarah, karena tidak sesuai dengan fakta yang ada di lapangan. Dalam sejarah tak ada kata maaf, karena itu harus diluruskan kembali teks Proklamasi yang asli. Adapun teks Proklamasi yang otentik, yang telah disepakati bersama oleh BPUPKI pada 22 Juni 1945 itu sesuai dengan teks atau lafal Piagam Jakarta.
Jelasnya, teks proklamasi itu haruslah berbunyi seperti di bawah ini:

PROKLAMASI

Bahwa kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia ini harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan peri keadilan. Dan perjuangan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia ke pintu gerbang Negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Atas berkat Rahmat Allah Yang Maha Kuasa, dan didorong oleh keinginan luhur,
supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka dengan ini rakyat Indonesia menyatakan kemerdekaannya. Kemudian dari pada itu, untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia, yang melindungi segenap bangsa Indonesia, dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat, dengan berdasarkan kepada ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syari'at Islam bagi pemeluknya, menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Jakarta, 22 Juni 1945

Ir. Soekarno, Drs. Muhammad Hatta, Mr. Ahmad Soebardjo, Abikusno Tjokrosujoso, A.A. Maramis, Abdul Kahar Muzakir, H. Agus Salim, KH.
Wahid Hasjim, Mr. Muh Yamin.

KH Firdaus AN mengusulkan supaya dilakukan koreksi sejarah. Untuk selanjutnya, demi menghormati musyawarah BPUPKI yang telah bekerja keras mempersiapkan usaha persiapan kemerdekaan Indonesia, maka semestinya pada setiap peringatan kemerdekaan RI tidak lagi dibacakan teks proklamasi ”darurat” susunan BK-Hatta. Hendaknya kembali kepada orisinalitas teks proklamasi yang otentik seperti tercantum dalam Piagam Jakarta 22 Juni 1945 di atas.

Benarlah Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam yang mensinyalir bahwa dekadensi ummat terjadi secara gradual. Didahului pertama kali oleh terurainya ikatan Islam berupa simpul hukum (aspek kehidupan sosial-kenegaraan). Tanpa kecuali ini pula yang menimpa negeri ini. Semenjak sebagian founding fathers negeri ini tidak berlaku ”amanah” sejak hari pertama memproklamirkan kemerdekaan maka diikuti dengan terurainya ikatan Islam lainnya sehingga dewasa ini kita lihat begitu banyak orang bahkan terang-terangan meninggalkan kewajiban sholat. Mereka telah mencoret kata-kata ”syariat Islam” dari teks proklamasi. Bahkan dalam teks proklamasi ”darurat” tersebut nama Allah ta’aala saja tidak dicantumkan, padahal dibacakan di bulan suci Ramadhan..! Seolah kemerdekaan yang diraih bangsa Indonesia tidak ada kaitan dengan pertolongan Allah ta’aala...!

عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَيُنْقَضَنَّ عُرَى الْإِسْلَامِ عُرْوَةً عُرْوَةً فَكُلَّمَا انْتَقَضَتْ عُرْوَةٌ تَشَبَّثَ النَّاسُ بِالَّتِي تَلِيهَا وَأَوَّلُهُنَّ نَقْضًا الْحُكْمُ وَآخِرُهُنَّ الصَّلَاةُ

“Sungguh akan terurai ikatan Islam simpul demi simpul. Setiap satu simpul terlepas maka manusia akan bergantung pada simpul berikutnya. Yang paling awal terurai adalah hukum dan yang paling akhir adalah sholat.” (HR Ahmad 45/134)


gravatar

KISAH INDONESIAN AIRWAYS DAN KONTROVERSI SEJARAH

Indonesian Airways lahir saat perjuangan bangsa Indonesia menegakkan kedaulatannya sekaligus menjadi sejarah penerbangan Indonesia dan cikal bakal penerbangan nasional Garuda Indonesia. Akankah hari lahirnya menjadi sebuah kontroversi sejarah?

Kelahiran Indonesian Airways
Tidak terasa telah 59 tahun yang lalu, tepatnya tanggal 26 Januari 1949 sebuah penerbangan nasional lahir walaupun tempat kelahirannya bukan di Indonesia. Indonesian Airways begitu nama yang diberikan oleh perwira TNI-AU (saat itu bernama AURI) sebagai salah satu bukti eksistensi sekaligus perjuangan bangsa Indonesia di luar negeri yang saat itu sedang terancam kedaulatan dan kemerdekaannya oleh Belanda.

Proses kelahirannya sangat tidak disengaja. Pesawat angkut modal Republik, C-47 Dakota RI-001 “Seulawah” sedang ada di Kalkuta, India untuk menjalani perawatan, pengecatan, dan modifikasi dengan ekstra tanki bahan bakar. Bertepatan dengan itu pula, Belanda melancarkan Agresi Militer II, 19 Desember 1948 yang berhasil menduduki kota Yogyakarta yang saat itu menjadi ibukota negara. Sangat dilematis, mau pulang jelas akan menuju mulut harimau, ditambah lagi masalah belum lunasnya pembayaran pesawat RI-001 dan pengeluaran rutin seperti gaji crew, sewa hangar, dan biaya hidup. Sadar bahwa pesawat terbang hanya akan menguntungkan selama ia terbang, sedangkan ia akan memakan biaya bila didarat, maka dari itulah opsir-opsir TNI-AU pimpinan Opsir Udara II, Soetadjo Sigit yang terbang dengan RI-001 ke India berinisiatif mendirikan perusahaan penerbangan Indonesian Airways untuk memperoleh uang. Seperti yang diketahui pula Soetardjo Sigit ini juga bersama-sama rekan-rekan terbang melancarkan serangan udara pertama melawan pendudukan Belanda di Ambarawa, Salatiga, dan Semarang tanggal 29 Juli 1947.

Berbeda dengan yang kita pernah dengar ternyata peranan Wiweko Soepono tidaklah besar. Ide awal merupakan milik Kapten/Opsir Udara III (kepangkatan saat itu) Soetardjo Sigit. Berhubung kepangkatan lebih rendah, KSAU Suryadarma memutuskan harus berkoordinasi lebih dulu dengan Wiweko yang saat itu berpangkat Mayor/Opsir Udara II yang menjabat sebagai staf ahli dan sedang bertugas di New Dehli.

Mulanya para opsir TNI-AU dan diplomat RI di India mengharapkan bantuan dari India untuk mengijinkan operasional Indonesia Airways. Sayang permintaan ditolak karena India telah memiliki perusahaan penerbangan nasional Air India. Jawaban postif malah datang dari negara yang tak diduga-duga, Burma. Burma (sekarang bernama Myanmar) baru beberapa bulan saja merdeka dari Inggris dan menghadapi banyak masalah. Mulai dari sarana transport terbengkalai, jalanan masih belum memadai, dan parahnya lagi pemberontakan muncul dimana-mana.

RI-001 “Seulawah” bertuliskan Indonesia Airways terbang pada tanggal 26 Januari 1949 dari Kalkuta menuju Rangoon, Burma untuk melaksanakan misi niaganya yang pertama kali. Tanggal inilah sebagai hari kelahiran Indonesian Airways. Kelahiran Garuda
Setelah pengakuan kedaulatan terwujud, pemerintah Indonesia yang diwakilkan oleh Kementerian Perhubungan berunding dengan pihak Belanda yang diwakilkan oleh perusahaan penerbangan komersial KLM (Naamlooze Vennootschap/NV De Koninklijke Luchtvaart Maatschappi) tentang penerbangan nasional Indonesia. Terbentuklah usaha patungan penerbangan sipil dengan Inter Insulair Bedrijf (IIB)-anak perusahaan KLM dengan nama NV Garuda Indonesian Airways (GIA).

Ini semua terjadi berdasarkan hasil Konferensi Meja Bundar 1950 selain memuat dan mengakui kedaulatan negara Indonesia (baca : Republik Indonesia Serikat) juga penyerahan kekayaan Hindia Belanda yang meliputi pertambangan, perkebunan, pabrik, dan untuk transportasi adalah perusahaan perkapalan (KPM) yang kelak menjadi Pelni, kereta api (SS dan NIS) yang kelak menjadi PJKA, serta untuk penerbangan adalah IIB. Sebagai catatan KNILM yang merupakan kepanjangan tangan KLM yng beroperasi di Indonesia (baca : Hindia Belanda) bubar saat Belanda menyerah kepada Jepang tahun 1942. Pilot, crew dan pesawat yang ada pergi ke Australia dan bergabung dengan AU Australia dan saat Belanda kembali ke Indonesia, eks KNILM ini membentuk perusahaan yang bernama IIB yang didominasi oleh penerbang atau tepatnya eks pilot transport militer karena tidak lain asal IIB dari Skuadron 19, AU Belanda.

Nama Garuda sendiri sengaja diberikan oleh Presiden Soekarno selain menjadi lambang negara juga terinspirasi kendaraan sang Dewa Wisnu berdasarkan sajak pujangga jaman kolonial Noro Soeroto, Ik ben Garoeda, Vishnoe’s vogel, diazijn vleugels uitslaat hoog boven Uw eilanden (Akulah Garuda, burung milik Wisnu yang membentang sayapnya menjulang tinggi diatas kepulauan-Mu). Penerbangan perdana dimulai pada tanggal 28 Desember 1949, sehari setelah pengakuan kedaulatan dengan Dakota PK-DPD. Lengkap dengan tulisan dan logo Garuda Indonesian Airways, rombongan Presiden RIS (Republik Indonesia Serikat), Soekarno dan Perdana Menteri RIS, Moh. Hatta terbang dari Maguwo, Yogyakarta menuju Kemayoran, Jakarta. Walaupun demikian penerbang masih kebangsaan Belanda karena saat itu tidak ada satupun pilot Indonesia yang memiliki lisensi Dakota.

Secara resmi GIA lewat hukum berlaku pada tanggal 31 Maret 1950 saat dikeluarkan Akte Notaris Raden Kadiman No. 137, dimana saham 50% dimiliki NV-GIA dan sisanya 50% dimiliki NV KLM. Pada tahun 1954, akibat berlarut-larutnya sengketa Irian Barat, pemerintah Indonesia mengambil tindakan menasionalisasi GIA dari KLM, maka dikeluarkanlah Akta Notaris Raden Meester Soewandi No. 30 pada tanggal 12 Juli 1954. GIA mengangkat pimpinan dari orang Indonesia sendiri yaitu Ir Soetoto yang menggantikan Dr. E. Konijnenburg asal Belanda. Bentuk badan hukum berubah dari NV menjadi Perusahaan Negara (PN). Diharapkan enam tahun kemudian jumlah pegawai KLM akan “teoritis nul”, walaupun pada kenyataan selanjutnya dipercepat sehubungan dengan perebutan Irian Barat dan rencana me-nasionalisme-kan seluruh perusahaan asing, tahun 1957 seluruh karyawan KLM dipulangkan dan sejak saat itu seluruh personil GIA adalah dari bangsa Indonesia sendiri.

Lalu bagaimana dengan Indonesian Airways ? Praktis dengan pengakuan kedaulatan kontrak charter udara diatas Burma dihentikan Juni 1950. Indonesian Airways dibubarkan atau lebih tepat personil-personil yang notabene opsir Angkatan Udara kembali ke TNI-AU atau ada yang bergabung ke GIA. Personil yang memiliki lisensi terbang disekolahkan untuk mendapatkan sertifikasi komersial pilot Dakota. Penerbang hijrah dari TNI-AU macam Budiarto Iskak atau Sjamsuddin Noor inilah yang menjadi pilot pertama GIA asli Indonesia tahun 1954. Kontroversi Sejarah
Jelas sekali bahwa tidak ada hubungan antara Garuda Indonesia Airways dengan Indonesian Airways dan itu berlangsung terus “adem ayem“ tanpa pernah ada apa-apa sampai awal tahun 1979. Ketika itu GIA dipimpin oleh Wiweko Soepono. Bekerjasama dengan KSAU saat itu Marsekal Ashadi Tjahjadi, Wiweko memproklamirkan dalam pidatonya bahwa, “…didalam tubuh Garuda sudah tertanam benih-benih perjuangan 30 tahun yang lampau…pada kesempatan ini kami mengucapkan rasa terima kasih kepada KSAU, yaitu Bapak Ashadi yang telah menghibahkan kepada Garuda, Hari Ulang Tahun Indonesian Airways termasuk cita-citanya yang telah dicetuskan 30 tahun yang lalu.”

Semangat perjuangan pendiri bangsa Indonesia yang harus tertanam dalam perusahaan, begitu kira-kira yang ditangkap dari pidato Wiweko mengenai hibah ulang tahun Indonesian Airways yang menjadi hari berdirinya Garuda Indonesian Airways yang sekarang telah berubah menjadi Garuda Indonesia. Diperkuat lagi pernyataan Lumenta yang mewakili GIA dihadapan DPR perihal tanggal kelahiran GIA. Bahwasanya benar nama GIA baru digunakan tahun 1950 tapi momentum tanggal 31 Maret itu sebagai “lebih bersifat penandatanganan serah-terima kerjasama” sebuah tanggal yang tidak memiliki arti sejarah dan semangat perjuangan bangsa Indonesia. Dengan kata lain, tanggal de facto kelahiran GIA adalah tanggal 26 Januari 1949 sedangkan tanggal de jure adalah tanggal 31 Maret 1950. Begitulah kira-kira alasannya.

Naif sekali. Padahal bukankah mendapatkan pengakuan kedaulatan Indonesia berikut isi perjanjian KMB itu diperoleh dari perjuangan bangsa Indonesia pula ? Wiweko tidak berpikir panjang dan sekaligus menyepelekan arti perjuangan TNI-AU pasca Agresi Militer II yang nyaris tidak memiliki apa-apa untuk melawan pendudukan Belanda.

Apa daya, sejak saat itu tanggal 26 Januari 1949 adalah hari lahirnya Garuda Indonesia. Dan pada saat tanggal pencetusan tersebut Garuda artinya telah berumur genap 30 tahun dan dirayakan diantaranya dengan penerbitan "Prangko 30 Tahun GIA". Tidak urung sang penggagas ide dan pelaku sejarah Indonesian Airways Soetardjo Sigit mengecam dengan keras, "…itu kan pemalsuan sejarah, mana mungkin ulang tahun satu orang atau suatu badan dialihkan ke pihak lain ?" Tidak urung pula Soetardjo dkk. mengajukan protes langsung kepada Marsekal Ashadi malah ditanggapi dingin dengan alasan mengapa tidak mengajukan keberatan sebelumnya. Padahal Soetardjo beserta kawan-kawan pelaku Indonesian Airways tidak pernah sekalipun diajak bicara dan berkonsultasi sebelum penghibahan tersebut.

Ketika itu Garuda dibawah single manajemen, setali tiga uang dengan pemerintahan Orde Baru, sama-sama terpusat kepada satu orang dan sangat otoriter. "Bahkan setan-pun tidak berani menggangu kebijakan (keliru) seorang Wiweko" ,begitulah kira-kira dianalogikan. Tapi Soetardjo tak pernah mundur. Setelah angin reformasi berhembus, Soetardjo kembali memperjuangkan dengan apa yang diistilahkan "meluruskan sejarah yang dibengkokan" dan "bahwa penghibahan hari lahir Indonesian Airways kepada PT. Garuda Indonesia adalah suatu blunder".

Gayung-pun bersambut. Mantan penerbang Garuda bersatu memperjuangkan kebenaran sejarah. Apalagi tahun 2001, Direktur Utama Abdulgani bertanya perihal kejelasan dan kesimpangsiuran sejarah Garuda akibat kedatangan wakil dan ahli waris penyumbang pesawat "Seulawah". Para purnawirawan TNI-AU juga menyambut dengan baik. Tidak lain untuk mengembalikan sejarah perjuangan TNI-AU yang telah dirampas, apalagi diketahui kemudian Surat Keputusan (SKEP) tertanggal 26 Januari 1979 yang berisikan penghibahan hari lahir tersebut tidak ada nomor skep-nya !

Kalau boleh sedikit berandai-andai, tentulah inisiatif dan tanggal 26 Januari 1949 itu harus dihargai. Bahkan hari itu bisa ditetapkan sebagai Hari Penerbangan Sipil Nasional. Sementara untuk Garuda sendiri, ada dua pilihan faktor ke-sejarah-an yang sama-sama kuat dan bisa dipilih : 28 Desember 1949, tanggal de facto atau 31 Maret 1950, tanggal de jure. Semua fakta dan bukti telah jelas, sekarang bola ditangan pengambil keputusan yang tak lain manajemen Garuda sendiri dan pemerintah Indonesia selaku pemilik. Perjuangan meluruskan sejarah bukanlah bertujuan menyudutkan dan mengkambinghitamkan individu, instansi atau pihak tertentu. Apalagi tokoh-tokoh yang terkait telah meninggal dunia dan semuanya telah memberikan andil yang besar bagi pembangunan bangsa ini. Tapi lebih besar daripada itu semua yaitu memberikan sejarah yang benar bagi generasi penerus agar jangan sampai terulang dan dapat diambil hikmah serta pelajarannya. Bukankah bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarahnya ? (Sudiro Sumbodo, Jakarta, 2008)


gravatar

Gugurnya Komodor Yos Sudarso : 15 Januari 1962

Peristiwa pertempuran laut Aru bermula pada tahun 1962, setelah dibentuk suatu Operasi Militer, yang bernama Komando Mandala Pembebasan Irian Barat dengan komandon Mayjen Soeharto dibentuk tanggal 2 Januari 1962 sebagai manifestasi dari tiga Komando Rakyat (Trikora) yang dicetuskan oleh Presiden Sukarno pada tanggal 19 Desember 1961, yang berisi :
1. Gagalkan pembentukan negara boneka Papua buatan kolonial Belanda.
2. Kibarkan Sang Saka Merah Putih di seluruh Irian Barat
3. Bersiaplah untuk mobilisasi umum, mempertahankan kemerdekaan dan kesatuan tanah air bangsa.


Strategi operasi militer ini terbagi dalam tiga fase : Fase Infiltrasi (penyusupan), Fase Eksploitasi (serangan massif terhadap pusat kekuatan lawan) dan Fase Konsolidasi (penguasaan secara mutlak Irian Barat).

Pada fase infiltrasi, dilakukan dengan menyusupkan pleton tugas (kebanyakan orang dari irian) yang telah dilatih oleh AD ke Irian Barat (Vlakte Hoek) . Namun pada awal pembentukannya misi ini adalah sebuah task force dan belum menjadi operasi gabungan krn pd saat itu koordinasi antar angkatan masih buruk.Angkatan laut diminta membawa pleton tugas.setelah sebelumnya AU pun mengantar satgas yang lain ke Letfuan.

Saat itu komandan eskader adalah direktur operasi MBAL Kolonel Laut Sudomo, namun Komodor Yos Soedarso (sebagai deputi I operasi KSAL) yang nota bene pangkatnya lebih tinggi dari beliau turut serta.

Misi yang dilakukan empat kapal Motor Torpedo Boats / MTB terbilang sangat berani dan penuh risiko, karena sebelum bertolak dari Pelabuhan Tanjung Priok, senjata andalan pada keempat MTB yang berupa Torpedo 21 inci telah dipereteli dulu, dengan maksud agar mampu mengangkut pasukan yang lebih banyak dan perahu karet untuk mendarat ke pantai.(sebagian mengatakan stock torpedo terbatas krn embargo dari inggris).

Misi ini merupakan misi rahasia, bahkan karena rahasianya pengisian bahan bakar serta logistik tambahan untuk menempuh perjalanan dari Tanjung Priok ke Irian Barat harus dilakukan di tengah malam, tanpa boleh berlabuh di semua pelabuhan yang dilewati.

Di tengah perjalanan KRI Singa kehabisan bahan bakar sehingga hanya tersisa tiga MTB yang harus melanjutkan misi tersebut. Ketiga MTB pun tidak diperkenankan menggunakan radio komunikasi untuk berkomunikasi selain dengan sesama MTB peserta operasi (radio silent).

Hari H pukul 17.00 waktu setempat, KRI Harimau berada di depan, membawa antara lain Kol. Soedomo, Kol. Mursyid, dan Kapten Tondomulyo sebagai kapten kapal.Di belakangnya adalah KRI Macan Tutul yang dinaiki Komodor Yos Sudarso dengan kapten kapal Wiratno. Sedangkan di urutan paling belakang adalah KRI Macan Kumbang. Menjelang pukul 21.00, Kol. Mursyid melihat radar blips pada lintasan depan yang akan dilewati iringan tiga kapal itu. Dua di sebelah kanan dan satu di kiri.(2 kapal jenis fregat , Hr Ms Evertsen dan Hr Ms Kortenaer, satunya lagi adalah kapal Induk Karl Doorman) tanda blips tidak bergerak, menandakan kapal-kapal sedang berhenti. Ketiga KRI tetap melaju. Tiba-tiba terdengar dengung pesawat Neptune belanda mendekat, lalu menjatuhkan flare (merah menyala terang) yang tergantung pada parasut. Keadaan menjadi terang-benderang, dalam waktu cukup lama.

Kapal Belanda melepaskan tembakan peringatan yang jatuh di samping KRI Harimau. Kol. Soedomo memerintahkan untuk balas menembak.Lalu KRI macan tutul menembakan tembakan balasan namun tidak mengenai sasaran. Berbekal titik api dari moncong tembakan itulah mungkin belanda berhasil menargetkan sasaran tepat ke lambung kapal dan ruang kendali KRI Macan Tutul, Mengakibatkan beberapa anggota terluka termasuk kapten kapal wiratno.Dalam keadaan darurat, Komando KRI Macan Tutul kemudian diambil alih Yos Soedarso.

Keadaan semakin genting.Lalu Kol Soedomo memerintahkan ketiga kapal untuk berputar haluan 239 derajat. Kol Soedomo menyadari pertempuran tidak seimbang.Karena ketiga KRI hanya dipersenjatai senapan mesin anti pesawat terbang berupa meriam 40 mm yang tidak bisa menjangkau target kapal² belanda dan tidak membawa torpedo sama sekali sehingga tidak mungkin menghadapi kapal belanda yang jauh lebih kuat, jadi bertahan dengan formasi apapun akan percuma.

Dua KRI berhasil berbalik arah,namun KRI Macan Tutul malah lurus (agak kekanan) mendekati kapal Belanda. Ada beberapa versi mengapa KRI tsb malah menghampiri kapal belanda. Sebagian mengatakan kendali kapal macet sehingga tidak bisa berputar haluan, malah menuju kearah musuh. Ada pula yg mengatakan Yos Soedarso sengaja memerintahkan kapal tetap melaju kedepan untuk mengorbankan diri agar ke dua kapal lainnya selamat (Soedomo mengkritik keputusan Yos Soedarso ini yg dianggap salah olehnya), lainnya mengatakan komando salah dengar, harusnya kapal menuju 239derajat, malah 229derajat, sehingga arahnya lurus. Mungkin waktu itu keadaan sangat genting dengan ruang kendali yang sudah rusak. Komodor Yos soedarso melalui radio meneriakan perintah "Kobarkan Semangat Pertempuran".

Karena berusaha mendekati kapal musuh,dan pihak belanda menyangka KRI Macan Tutul membawa torpedo bersiap untuk melakukan torpedo run (serangan torpedo), krn untuk melakukan serangan tsb, MTB harus mendekat memenuhi jarak tembak torpedo (sebagaimana diketahui efek rusak torpedo jauh lebih sadis drpd pluru meriam biasa) maka dari itu segala tembakan Belanda dikonsentrasikan ke KRI Macan Tutul hingga akhirnya ia tenggelam.

Dalam kejadian itu 25 ABK KRI Macan Tutul tewas selebihnya yang selamat ditawan belanda.

Operasi Trikora ,secara militer tidak menghasilkan kemenangan secara taktis. tetapi secara strategis, operasi ini membuahkan hasil untuk Indonesia. Amerika mendesak dan bahkan mengembargo Belanda agar terjadi perundingan antara Indonesia dan Belanda.

Tanggal 15 Januari l, bagi TNI AL khususnya dan bangsa Indonesia pada umumnya merupakan hari yang amat bersejarah. Setiap tanggal itu selalu diperingati sebagai hari pahlawan pejuang bangsa yang gugur di tengah samudra. Hari tersebut dikenal dengan peringatan “Hari Darma Samudra".



gravatar

Kontroversi sejarah dan Geologi

Perdebatan kepemilikan akan sesuatu antara Malaysia dan Indonesia telah terjadi, dari perdebatan kepemilikan akan pulau di perbatasan kedua negara, reog, batik, bahkan rendang. Dalam hal ini, Malaysia selalu mengklaim bahwa itu miliknya, dan Indonesia mempertahankan apa yang menjadi miliknya.

Menggali buku-buku lama, rupanya perdebatan semacam itu telah terjadi juga pada hampir 50 tahun yang lalu; terjadi pada literatur-literatur sejarah.
Ada sebuah kontroversi di dalam sejarah yang menyangkut apa yang dimaksud oleh Caludius Ptolemaeus, ahli astronomi dan geografi Mesir awal abad Masehi (sekitar 87-150 AD), sebagai “Chryse Chersonesos” yang suka diterjemahkan di kalangan sejarah Asia Tenggara sebagai Semenanjung Emas.

Malaysia, melalui ahli sejarahnya yang terkenal Paul Wheatley menulis dalam sebuah buku berjudul The Golden Khersonese (University of Kuala Lumpur, 1961) bahwa chryse chersonesos yang dimaksud Ptolomeus itu tidak lain daripada Semenanjung Malaka.

Publikasi Wheatley segera mendapatkan serangan dari seorang ahli sejarah kelahiran Belanda yang lama berkarya di Indonesia : W.J. van der Meulen.
Rohaniwan Katolik pendiri Jurusan Sejarah IKIP Sanata Dharma, Yogyakarta dan menjadi ketua jurusannya selama 20 tahun (1957-1977) ini menulis serangkaian artikel di dalam majalah Basis yang pada pokoknya menyerang argumen-argumen Wheatley. Van der Meulen mengajukan argumen-argumen baru yang mendukung pendapatnya bahwa yang dimaksud dengan chryse chersonesos tidak lain daripada Sumatera.

Apa hubungan kontroversi sejarah ini dengan geologi ? Barang tambang berupa emas dan perak yang ada di Pegunungan Barisan serta penutupan dan pembukaan Selat Malaka adalah beberapa argumen yang dikemukakan van der Meulen dalam menyerang Wheatley. Maka, keahlian geologi sebenarnya bisa terkait dalam kontroversi dan perdebatan ini. Prof. Wheatley menulis di dalam bukunya halaman 144 (diterjemahkan), “para sarjana pada umumnya, meskipun dengan ragu-ragu juga, mengidentifikasikan “Chryse Chersonesos” dengan Semenanjung Malaka. Argumen-argumen yang dikemukakan sebagai dasar pendapat ini sepenglihatan kami nampaknya sama sekali tak tertumbangkan.” Tetapi, van der Meulen menulis artikel berjudul “Semenanjung Emas”, mempertanyakan “...manakah kiranya argumen-argumen yang mahakuat ini ?

Chersonesos memang berarti semenanjung. Tetapi yang selalu menimbulkan keheranan adalah mengapa di dalam sumber-sumber India berkali-kali diketengahkan adanya Tanah Emas atau Pulau Emas (Suvarnabhumi, Suvarnadvipa), akan tetapi tidak pernah dibicarakan adanya sebuah
semenanjung. Harus diperhatikan bahwa Ptolomeus menulis buku geografi Asia Tenggara di awal abad Masehi itu tidak berdasarkan atas perjalanannya sendiri, tetapi atas dasar cerita orang yang sebagian besar berasal dari para pedagang India.

Van der Meulen menulis bahwa bentuk Chryse Chersonesos itu tidak memanjang, melainkan hampir persegi. Di dalam gambar Wheatley, paling tidak dua pertiganya terletak di laut sebelah barat Malaka. Dan, yang menarik, mengapa Selat Malaka tidak disebut-sebut ? Ada dua kemungkinan : Selat Malaka belum ada saat awal abad Masehi itu, atau Selat Malaka sudah ada hanya saat itu
bukan menjadi alur pelayaran. Di sini para ahli geologi Kuarter bisa meneliti penutupan dan pembukaan selat yang pada zaman modern ini menjadi alur utama pelayaran di Asia Tenggara.

Tahun 1911, seorang ahli sejarah bernama Wilhelm Volz menulis artikel berjudul, “Sudost Asien bei Ptolomaeus” dalam jurnal Geographische Zeitschrift volume XVII” halaman 31, “melihat bentuknya, maka Chryse Chersonesos yang digambarkan Ptolomeus ini tidak dapat dinyatakan lain kecuali menggambarkan Malaka-Sumatera menjadi satu.” Jadi menurut Volz, kapal-kapal yang datang dari India berlayar ke arah selatan melalui pantai barat Semenanjung Malaka sampai ke suatu titik tertentu dan dari tempat itu menyeberang ke pantai utara Sumatera, melanjutkan pelayarannya menyusur pantai barat Sumatera dan kemudian memasuki Kepulauan Indonesia dengan melalui Selat Sunda. Pendapat ini dengan jelas menyatakan bahwa saat itu Selat Malaka masih tertutup untuk pelayaran (mungkin masih terlalu dangkal ? – ahli geologi Kuarter bisa menelitinya lebih jauh). Van der Meulen menantang argumen Wheatley, kalau Semenanjung Malaka adalah Semenanjung Emas (Chryse Chersonesos), adakah emas ditemukan di Malaka ? Wheatley menulis, meskipun sedikit, emas ada di Semenanjung Malaka, yaitu di jalur pegunungan antara Kelantan dan Malaka. Van der Meulen menulis, bahwa Pegunungan Barisan di pantai barat Sumatera lebih banyak mengandung emas daripada Semenanjung Malaka. VOC telah sejak awal mengeksplorasi dan
mengeksploitasi emas di pegunungan ini, antara lain menghasilkan area emas terkenal Rejang-Lebong (pekerjaan emas pada zaman VOC di Sumatera dilaporkan dalam Elias Hesse, 1931 : Goldbergwerkte in Sumatera 1680-1685).

Wheatley menulis bahwa para penggambar peta dari abad ke-15 dan ke-16 pada umumnya mempersamakan Chryse Chersonesos dengan Malaka. Tetapi Wheatley juga menulis bahwa ada penggambar peta lain yang penting seperti Ortelius dan Manoel de Eredia yang berpendapat bahwa Sumatera adalah Chryse Chersonesos-nya Ptolemaeus. Kedua ahli geografi ini juga berpendapat bahwa dahulu kala seharusnya ada sederet tanah yang merupakan jembatan penghubung antara Tanjung Rachado (di sekitar Negeri Sembilan Semenanjung Malaka) dan
Pulau Rupat di Riau. Meskipun ditulisnya, Wheatley tak mempercayai analisis Ortelius dan de Eredia ini. Padahal, hanya de Eredia satu-satunya dari para penggambar peta itu yang pernah tinggal di Asia Tenggara selama bertahun-tahun.

Orang-orang Portugis juga menerapkan nama Ophir, yaitu nama tanah emas yang menyumbangkan emas dan perak kepada Raja Salomo, baik pada Gunung Talak Mau di Sumatera, maupun pada Gunung Ledang di dekat Johor di Malaka. Jadi, pada pokoknya tidak banyak kita jumpai tradisi yang secara tegas hanya menunjuk Malaka sebagai Chryse Chersonesos.

Van der Meulen sendiri tidak percaya kepada teori jembatan darat antara Pulau Rupat dan Negeri Sembilan, para ahli geologi Kuarter bisa menganalisisnya. Tetapi van der Meulen percaya, bahwa bagian selatan Selat Malaka saat itu berupa rawa-rawa yang bersimpang siur dengan alur-alur
dangkal. Bagian ini hanya bisa dilalui oleh para penduduk setempat yang tahu mana bagian yang dangkal mana yang dalam, mana gosong-gosong pasir yang selalu berubah kedudukannya; bukan oleh para pelayar dari negeri lain seperti para pedagang India.

Dalam hubungan ini, baik kiranya dikemukakan, bahwa pelaut-pelaut Arab kuno ternyata tidak mengenal sama sekali pedalaman Selat Malaka, kecuali muaranya di sebelah utara. Kenyataan ini menyebabkan banyak ahli menarik kesimpulan bahwa pelaut-pelaut itu hanya menggunakan jalan mengitari Sumatera. Para pelaut Arab baru bisa mengenal alur-alur di Selat Malaka pada abad ke-15
ketika mereka menerbitkan peta laut wilayah ini. Saat itu seluruh Selat Malaka bisa dilayari meskipun harus dengan sangat hati-hati. Satu hal yang perlu diwaspadai pada bentuk Chryse Chersonesos, Ptolemaeus sebenarnya sama sekali tidak menggambarkan garis-garis pantai, melainkan ia begitu saja menghubungkan dengan garis lurus titik yang satu di dalam katalognya dengan titik berikutnya, tanpa menghiraukan apakah titik-titik itu terletak di pantai yang sama atau yang saling berhadapan, terletak di seberang teluk, selat, atau lautan. Garis-garis ini hanya menggambarkan jalan perdagangan sejauh yang dikenalnya; jadi dapat melintang pada pantai, dapat pula lebih kurang sejajar, atau bahkan memotong suatu kawasan.

Van der Meulen juga mengemukakan argumen bahwa dari segi angin, pantai barat Sumatera lebih mudah dilayari daripada pantai barat Semenanjung Malaka.
Angin musim yang paling baik untuk berlayar dari India ke Asia Tenggara bertiup antara Oktober dan Maret (saat musim hujan di Indonesia Barat). Saat itu angin dari barat akan membawa kapal-kapal yang bertolak dari India Selatan atau Srilangka menuju Sumatera. Dengan berlayar sepanjang pantai barat Sumatera, maka para pelaut itu akan selalu mendapatkan tiupan angin
penuh. Bagi kapal-kapal yang harus singgah di Teluk Martaban, selatan Myanmar, dan di daerah sebelah utara semenanjung, pilihannya lebih sukar.
Selat Malaka memang lebih pendek, akan tetapi arah angin di situ pada umumnya melintang sehingga kemajuan berlayar sering sukar sekali. Yang paling menarik dari argumen van der Meulen adalah kenyataan bahwa tidak terdapatnya sama sekali penemuan-penemuan arkeologi yang lebih tua daripada abad ke-8 di sebelah selatan Tanah Genting Kra – suatu daratan sempit di antara dua laut di sebelah utara Semenanjung Malaka. Henig (1930 : Molukken Reise) menulis (diterjemahkan) : “Tidak dapat disangsikan bahwa tempat-tempat penemuan arkeologi seperti Oceo dan P’ong Tuk di Kamboja menghasilkan artefak-artefak yang berasal dari dunia Romawi. Sedangkan, semenanjung Malaka sangat menyolok karena tak satu pun artefak Romawi ditemukan di situ. Pada umumnya, kita dapat menghubungkan Delta Mekong, Kamboja dengan tempat-tempat penemuan budaya Romawi di Arikamedu (pantai timur India), tetapi tidak ada hubungan itu dengan Chaya, Takuapa atau Kedah di Malaya, maka tak ada bukti perdagangan dari Arikamedu dengan Semenanjung
Malaya.” Ke manakah artefak Arikamedu itu menyambung kalau bukan ke Malaka ? Rupanya
ke pantai barat Sumatera. Alistair Lamb (1961 : Miscellaneous papers on Early Hindu and Buddhist Settlement in Northern Malaya and Southern Thailand, Federation Museum Journal VI) menulis bahwa di Sumatera Selatan dan daerah Bukit Barisan ditemukan manik-manik Romawi ribuan jumlahnya.
Manik-manik ini ditemukan di kuburan-kuburan otentik zaman Perunggu. Yang juga merupakan sebuah bukti lagi tentang jalan dagang zaman kuno itu ialah adanya bejana-bejana Dinasti Han (200 BC-200 AD) yang ditemukan di daerah ini (van der Hoop, 1938 : De Prehistorie, dalam F.W. Stapel, Geschiedenis van Nederlandsch Indie).

Saya tutup tulisan ini dengan membandingkan secara geologi “siapa” yang kiranya lebih berhak menyandang gelar Semenanjung Emas itu, Malaysia atau Sumatera ? Dalam hal ini baik mengemukakan peta jalur orogen dan mineralisasi dari J. Westerveld (1952 : Phases of mountain building and mineral provinces in the East Indies). Westerveld (1952) menunjukkan bahwa
Malaya hanya dilalui Jalur Orogen Malaya (Late Jurassic) yang membawa mineralisasi kasiterit, emas, dan bauksit. Sedangkan Sumatera, dilalui oleh dua jalur orogen : (1) Orogen Sumatera (Kapur) yang membawa mineralisasi besi, emas-perak-logam dasar, dan (2) Orogen Sunda (Miosen Tengah) yang membawa mineralisasi emas-perak epitermal. Perhatikan, bahwa Sumatera lebih
kaya akan emas dibandingkan Malaya sebab lebih banyak jalur mineralisasinya; maka berdasarkan hal ini bahwa “Chryse Chersonesos” adalah Sumatera seperti ditulis van der Meulen, bukan Malaya/Malaysia/Semenanjung Malaka seperti ditulis Paul Wheatley. Pulau Emas adalah Sumatera, sedangkan Malaysia adalah semenanjung timah.

“Bendera Chryse Chersonesos” tidak seharusnya dikibarkan di atas atap Semenanjung Malaka seperti keinginan Prof. Wheatley; ia, berdasarkan banyak argumen, mesti dikibarkan di atas Pulau Sumatera. Geologi akan memperkuat analisis ahli sejarah kelahiran Belanda yang betah tinggal diYogyakarta itu
- van der Meulen.


gravatar

Maret - Bulan penuh patriotisme untuk Indonesia

PKPI : Patriotisme Kenegarawanan Pilar Indonesia

Bulan Maret bagi Indonesia juga bulan Patriotisme Kenegarawanan a.l. dikenang 7 (Tujuh) peristiwa politik kebangsaan yaitu 1 Maret 1949 Serangan Umum TNI ke Jogjakarta; 7 Maret 1915 Tri Koro Dharmo terbentuk oleh Satiman Wiriosandjojo di Gd Stovia, Batavia yang kemudian berubah nama jadi Jong Java [12 Juni 1918] yang kelak berfusi jadi Indonesia Muda; 8 Maret 1928 Pembelaan Moh. Hatta “Indonesia Merdeka” di Pengadilan Negeri Den Haag; 8 Maret 1943 POETERA (Poesat Tenaga Rakyat) berdiri, pimpinan Bung Karno, Bung Hatta, Ki Hajar Dewantoro, KH. Mansyur, yang resmi terbentuk 9 Maret 1943 dan dibubarkan pada 8 Januari 1944 lalu berganti Djawa Hokokai (Himpunan Kebangkitan Rakyat Jawa); 24 Maret 1946 Peristiwa Bandoeng Laoetan Api; 25 Maret 1947 Persetujuan LINGGARJATI; 27 Maret 1949 Unjuk Bersenjata oleh Tentara Pelajar Solo.

Patriotisme atau Kepahlawanan adalah watak untuk berkorban guna sesuatu tugas Besar dan Cita2 Besar sebagai perluasan dari “Pahlawan adalah ia yang berkorban untuk Tugas besar dan Cita2 besar” [Un hero est celui, qui se sacrifie a un grand devoir, ou a une grande idée”; Livre d’Or, De la Comptesse Diane].

Kepahlawanan bukan monopolinya seseorang atau segolongan tetapi Kepahlawanan adalah suatu perhiasan watak, yang setiap rakyat kita dapat memiliki, asal ia bersedia berkorban untuk “un grand devoir” (untuk sesuatu Tugas besar) atau untuk “une grand idée” (untuk sesuatu Cita2 besar). Tugas besar dan Cita2 besar itu ialah tidak lain daripada hidup merdeka, bernegara kebangsaan, sederajat dengan bangsa2 lain dalam keadaan mana Rakyat semua memperkembangkan dan dapat menyuburkan nilai2 kemanusiaannya. Dan bila yang dimaksud dengan semangat Kepahlawanan itu adalah cara berdaya dan berusaha untuk menjalankan Tugas besar dan Cita2 besar itu, maka teranglah kiranya, bahwa cara amal dan cara perbuatan itulah yang penting sekali. Amal dan perbuatan, dijiwai dengan semangat bersedia untuk berkorban, menentukan nilai dan mutu Kepahlawanan setiap orang. Dan tidak sedikit pula yang diharapkan dari kita semua amal dan perbuatan yang sesuai dengan keadaan yang nyata daripada Rakyat kita dewasa ini.

Untuk inipun diperlukan dari kita sekalian keberanian dan kejujuran dalam menilai keadaan dan perasaan Rakyat kita yang se-benar2-nya. Untuk Negara Pancasila, para pahlawan Rakyat kita dulu itu berjoang dan berkorban ! Dan mereka meninggalkan kepada kita dewasa ini, suatu Amanat suci dan Amanat keramat yakni Amanat Kepahlawanan Rakyat Indonesia, amanat tentang caranya melaksanakan Amanat Penderitaan Rakyat kita. Pada pokoknya, cara2 perjuangan dan kebaktiannya itu ialah secara revolusioner, secara dinamis, secara heroik dan patriotik, dan terutama secara jujur dan ikhlas, dengan selalu beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Apalagi dalam situasi sekarang ini. Situasi yang penuh dengan dinamikanya transisi masyarakat kita, transisi yang masih mengharuskan kita semua mengenyahkan imperialisme dan kolonialisme dimana ia berada, baik dengan nama klasik kolonialisme maupun dengan nama neo kolonialisme.

Situasi transisi dewasa ini masih perlu kita tanggulangi bersama dengan Jiwa Kepahlawanan itu. Malahan dalam keadaan perekonomian Rakyat yang berat ini, kita semua harus menunjukkan dengan perbuatan dan tindakan kesetiakawanan kita dengan kesulitan2 penghidupan Rakyat kita se-hari2. Memang kadang2 terasa bahwa medan pertempuran melawan musuh2 dari luar sewaktu 1945 – 1949 dulu itu, tidak sesulit dengan medan pembangunan perekonomian Rakyat melawan musuh2 dari dalam dan dari luar pada masa sekarang ini. Tetapi toch, kita semua harus tetap berkeyakinan, bahwa kita akan menang dalam medan bakti itu kalau kita tidak kehilangan kita punya Jiwa Revolusi dan Jiwa Kepahlawanan. Terus berjoang untuk memenangkan Jiwa Revolusi dan Jiwa Kepahlawanan Rakyat kita sebagai pangkalan untuk secara bertangga memenangkan ber-turut2 “honor, courage and fortunes” yaitu “kehormatan, keberanian dan seluruh kekayaan materiil” daripada Rakyat kita.

Pesan almarhum Dr H. Roeslan Abdulgani pada buku Api Revolusi di Surabaya [Peringatan 17 Tahun Hari Pahlawan 10 Nopember 1964] termaksud diatas sungguh masih relevan dalam konteks kekinian a.l. antisipasi terhadap berita Perekonomian Nasional yakni Depresi Ekonomi Segera Tiba [Koran Jakarta, 13 Maret 2009] dan Fokus Probabilitas Depresi Ekonomi Meningkat [Kompas, 13 Maret 2009] serta Puncak Jatuh Tempo Utang Hingga Tahun 2045 Tak Akan Lunas [Kompas, 14 Maret 2009] yang adalah pertanda Ketidakpastian menggayuti Indonesia artinya tersedia medan bakti bagi para Pimpinan Nasional Legislatif & Eksekutif produk Pemilu 2009 yaitu memerdekakan Rakyat dari jeratan Ketidakpastian tersebut, mengatasi tahun 2012 yang di-sebut2 sebagai peralihan peradaban umat dan penguatan tumpuan menggapai Indonesia Digdaya 2045.

Oleh karenanya, para Pimpinan Nasional itu sepatutnya berkriteria memenuhi Tiga Pilar Kenegarawanan (3pK), yang bermuatan Tiga Pilar Kebangsaan (9 Pusaka Bangsa, 7 Ketahanan Bangsa, Kepemimpinan Kebangsaan 45), Tiga Pilar Kepemimpinan Amanah (Pemimpin-Khalifah, Akhlak Mulia, Cinta-Kasih- Sayang) dan Tiga Pilar Kejuangan TRISAKTI (Politik Berdaulat, Ekonomi Berdikari, Budaya Berkepribadian) sebagai jaminan perilaku Pemimpin (leaders) bukan Penjual (dealers) seperti dimaksud pada Politika Budiarto Shambazy [Kompas, 14 Maret 2009] ketika dituntut mengusung 7 (Tujuh) Cita Politik Indonesia sebagaimana amanat Pembukaan UUD45, yaitu (1) Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan Perikemanusiaan dan Perikeadilan; (2) Kemerdekaan Negara Indonesia yang Merdeka, Bersatu, Berdaulat, Adil dan Makmur; Pemerintahan Negara Indonesia yang (3) Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, (4) Memajukan kesejahteraan umum; (5) Mencerdaskan kehidupan bangsa, (6) Ikut melaksanakan Ketertiban Dunia yang berdasarkan Kemerdekaan, Perdamaian Abadi dan Keadilan Sosial; (7) Susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Sehingga sungguh dipujikan bahwa bulan Maret 2009 ini bisa jadi awal tekad kebersamaan membangun Poros Kepahlawanan Perekonomian Indonesia [PKPI] a.l. berkapasitas IpTek Kreatif.

Jakarta, 14 Maret 2009