gravatar

Masak Gitu Aja Meleset?

Joko adalah seorang murid SMA yang cerdas. Dia bisa dalam segala mata pelajaran apapun, kecuali dalam pelajaran yang memerlukan ketrampilan motorik. Dalam basket dia jago, pandai merebut maupun mendrible bola. Tapi dia tidak pernah bisa memasukkan bola ke dalam ring, karena syaraf motoriknya untuk fokus pada satu target terganggu. Menurut dokter, karena dulu pada waktu kecil dia pernah jatuh. Begitu pula dalam sepak bola, dia pandai mengiring bola, tapi tidak pernah berhasil menyarangkan bola ke gawang lawan.

Entah bagaimana, setelah lulus SMA Joko berhasil diterima di akademi kepolisian. Mungkin karena dia anak orang kaya, dan sudah menjadi rahasia umum kalau punya uang banyak, bukan hal sulit untuk masuk ke pendidikan kepolisian.

Di pendidikan kepolisian, Joko termasuk anak yang brillian. Dia pandai dalam mata pelajaran apapun kecuali menembak.

Suatu kali ada pelatih baru datang. Dia menyuruh para siswa akademi itu berlatih menembak. Setiap orang dibekali 10 butir peluru untuk menembak sasaran.

Siswa yang lain bisa melakukannya dengan baik, menembakkan sepuluh butir peluru tepat pada sasaran.

Ketika tiba giliran Joko, dia mulai menembak. Tapi sudah sembilan kali dia menembak, semuanya meleset, tak satupun yang bisa mengenai sasaran. Tinggal satu peluru lagi, dan sang pelatih menghentikannya dengan marah-marah, “Jangan kau sia-siakan pelurumu yang terakhir,” bentak sang pelatih. “Sana, pergi ke balik tembok dan tembak kepalamu sendiri dengan peluru itu.”

Joko sangat malu. Dengan tertunduk lesu dia berjalan dengan langkah gontai ke balik tembok. Tak berapa lama kemudian terdengar letusan senjata: Dor!

Muka sang pelatih menjadi pucat. Dia berlari ke balik tembok sambil berteriak khawatir, “Ya, Tuhan! Apakah anak geblek ini betul-betul menembak kepalanya sendiri?”

Ketika dia sampai di balik tembok, dilihatnya Joko tidak kurang suatu apapun.

“Maaf, pak Pelatih!" kata Joko dengan penuh rasa malu. "Saya meleset lagi,”